DIPTAPAPUA.com – Obor Untuk Papua –
Sedikitnya ada 19 Kampung dari 6 Distrik di Kabupaten Maybrat yang mengungsi akibat operasi militer pasca penyerangan Pos Koramil (Posramil) Kisor pada Kamis (2/9/2021), yang menyebabkan 4 anggota TNI meninggal dunia, satu terluka dan satu lainnya melarikan diri.
Dalam siaran pers yang dikeluarkan pihak Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM), Sebby Sambom selaku juru bicara TPNPB menegaskan bahwa penyerangan tersebut adalah perang pembebasan nasional Papua Barat dan pihaknya akan bertanggung jawab.
“Pihak TPNPB di bawah pimpinan Panglima Kodap IV Sorong Raya, Brigjen Deny Mos bertanggung jawab atas penyerangan itu. Ini adalah perang pembebasan nasional Papua Barat dan tidak akan berhenti, akan berlanjut di seluruh Tanah Papua, kapan saja,” ungkap Sebby Sambom dalam siaran pers yang diterima Dipta Papua, Kamis (2/9).
Dikutip dari beberapa media bahwa usai peristiwa tersebut, Panglima Komando Daerah Militer XVIII Kasuari memerintahkan agar segera diburu pelaku penyerangan Posramil Kisor yang menyebabkan 4 anggota TNI terbunuh tersebut. Bahkan pihaknya mengucurkan dua peleton personil TNI AD dari Yonif Raider 762/VYS dan Kodim 1809/Maybrat bersama aparat kepolisian saat ini sedang melakukan pengejaran pelaku yang diketahui adalah kelompok TPNPB-OPM itu.
Usai penyerangan Pos Koramil Kisor, pada Kamis (2/9) sedikitnya ada 25 orang anggota TNI dari Kodim Maybrat dan Koramil Ayamaru bersenjata lengkap menuju tempat kejadian penyerangan (Posramil Kisor, Aifat Selatan). Dalam pengejaran itu, pihak TNI menangkap dua orang pemuda yang diduga sebagai pelaku penyerangan. Namun, berdasarkan informasi yang dihimpun dari warga setempat bahwa dua orang pemuda yang ditangkap itu adalah warga sipil (bukan pelaku).
“TNI tangkap dua warga sipil, satunya adalah Simon statusnya Satpol PP dan satunya Maikel Yam warga biasa. Saat ditangkap, tentara pukul mereka hingga bagian muka berdarah dan mereka diinterogasi. Tapi, beberapa saat kemudian Simon dibebaskan karena tidak bersalah dan Maikel Yam masih diinterogasi. TNI salah tangkap,” beber salah seorang warga Aifat Selatan yang tak bersedia menyebutkan identitasnya demi keamanan saat dikonfirmasi.
Jelang sehari penyerangan atau pada Jumat (3/9), ribuan warga dari 19 Kampung dan 6 Distrik di Kabupaten Maybrat, Papua Barat mengungsi ke hutan dan lainnya mengungsi ke Kabupaten atau Distrik lainnya yang aman. Berikut 19 Kampung yang mengungsi, di antaranya Kampung Kisor, Krus, Imsun, Buohsa, Asiaf Saman, Fuog, Fuog Selatan, Sorry, Awet Maim, Roma, Tolak, Kaitana, Yeek, Same Rakator, Sanem, Tahsimara, Hora Iek dan Dusun Tahmara.
Baca juga: FOTO: Pengungsian di Maybrat Akibat Operasi Militer
Diketahui bahwa “Masyarakat yang mengungsi ini didorong juga karena ada Memoria Passionis (Traumatis) yang sebelumnya terjadi. Karena TNI/ POLRI salah menempatkan pokok persoalan Papua. Mereka (militer) tidak membedakan antara TPNPB-OPM dan warga sipil sehingga banyak warga mendapatkan tindakan kekerasan (intimidasi, penangkapan hingga penembakan) oleh Aparat Keamanan Indonesia”.
Dari anak-anak, remaja, ibu-ibu, bapak hingga lansia terpaksa lari ke hutan untuk mengamankan diri dari operasi militer. Dalam pengungsian itu, seorang Mantan Kepala SD YPK Kisor, Guru Sefnat Yaam mengalami luka parah di bagian kaki akibat kena parang saat lari ke hutan karena kampungnya sudah dikuasai aparat militer Indonesia.

Terjadi Kontak Senjata antara pihak KNPB dan TNI/ POLRI
Dalam video berdurasi 51 detik yang diterima redaksi Dipta Papua, menunjukkan terjadi baku tembak antara pihak Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan aparat gabungan TNI/ POLRI di Kampung Kamat, Aifat Timur, Kabupaten Maybrat, Papua Barat pada Minggu (5/9/2021).
Berdasarkan informasi yang diterima bahwa, kontak senjata tersebut terjadi saat rombongan Danrem 181/PVT Sorong , Kapolres Sorong Selatan, Dandim bersama Ketua DPRD Kabupaten Maybrat serta beberapa BIN dan BAIS, juga Tim 3 Yonif Raider 762 dengan jumlah 44 orang yang hendak menuju pos koramil di Kampung Kamat. Namun, pada pukul 15.40 WIT rombongan tersebut terhenti akibat jembatan kayu (penghubungan jalan) yang putus karena dirusak oleh pihak OPM untuk menghalangi aparat militer masuk ke Kampung Kamat.
Kemudian, rombongan TNI/ Polri serta ketua DPRD tersebut memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Kampung Kamat dengan berjalan kaki. Namun beberapa meter perjalanan, terdapat sebuah pohon yang tumbang menghalangi jalan raya tersebut. Tetapi, rombongan tetap melanjutkan perjalanan melewati pohon yang tumbang itu. Sekitar 200 meter berjalan kaki, jembatan berikutnya juga putus.
Tak berhenti di situ, rombongan terus berjalan melewati jembatan yang putus itu. Pada perjalanan sekitar 2 Kilo Meter, rombongan disambut dengan tembakan yang diduga berasal dari kelompok pro kemerdekaan Papua. Anggota TNI/POLRI dalam rombongan itu pun membalas dengan tembakan. Dalam persitiwa tersebut, dilaporkan bahwa tak ada korban nyawa ataupun luka.
Usaha menghalangi perjalanan tersebut, dilakukan oleh pihak pro kemerdekaan Papua (TPNPB-OPM/ KNPB) agar aparat militer tak bisa masuk dan mendirikan pos militer di Kampung Kamat.
Operasi militer dan pengungsian ini tak hanya terjadi di Kabupaten Maybrat, namun juga di beberapa daerah lainnya di Papua. Di antaranya Pengungsian Nduga (Desember 2018 hingga kini), Intan Jaya (Februari 2021 hingga kini), Puncak Papua (Mei 2021 hingga kini), Yahukimo (Juni 2021 hingga kini) dan juga berbagai operasi militer dan pelanggaran HAM yang terjadi semenjak tahun 1960-an hingga detik ini.