Penulis: Ever Otniel Asentowi
Bersamamu, hidup di langit yang sama, di sebuah lingkaran bumi
Masih bisa berkutik, rasa ini bagaikan bincangan mengenai mimpi
Berjauhan denganmu negeri Papua, serasa hidup berbeda
Semua yang terukir ini akan bersedih.
Banyak waktu yang telah ku lalui bersama alam Papua
Dalam sebuah ruang yang tak’kan pernah terkunci
Kehadiran alam Papua menyejukkan hatiku, nafasku, gairah semangatku
Melengkapi jiwaku yang tak’kan melihat massa depanku ini
Membuat kesepian, rasa ini akan menghilang sebagai khayalan belaka.
Pagi mengejar siang, sore menanti untuk tenggelam
Senja membalut rindu untuk alam Papua
Tak’kan ada kabar untuku, aku berbisik-bisik dalam hati, dengan keraguan, cemas, panik, gelisah, aku bingung dalam fikiranku sendiri..
Alam Papua, bagaimana kabarmu di sanan, sedang apa di sana, apa situasi di sana, baik ataukah buruk?
Aku akan kwatir dengan keadaan alam Papua saat ini
Jiwaku menakutkan alam Papua digombal, dirayu, dibujuk, agar hati alamku baper alias bawa perasaan.
Semua tinggal ilusi
Penguasa akan memahat senyummu
Aku melihat Mama Papua sedang menanggung kesakitan, atas pondok pinang, tanah Papua ini
Tanah kering tanpa bakti putra-putrinya.
Mama Papua tampak murung dan sedih
Hutan Papua kini tak’kan lagi berdaya dan rimbun
Aliran sungai di Papua kini tak’kan sejernih mulanya
Kekayaan alam Papua menjadi jorok di mata dunia.
Dikuras habisan oleh kaum penguasa dan ditelang massa
Kini mama Papua menderita di kalangan manapun di bumi ini
Mama Papua nafasmu semakin sesak di negara ini
Mama Papua akan menghilangkan jejak dari negara oleh kaum penindas tanpa diketahui putera putrinya.
Aku ingin menyusuri keabadian alam yang sunyi di antara nyanyian bisu dan dingin di alam Papua ini.
Membawa kota kecil penuh luka dari hatiku, seorang pun tak’kan tahu isinya.
Para kaum penindas tak’kan ingin alam Papua seindah pelangi
Karena indahmu membuat kulit hitam, rambut keriting akan berkembang
Kaum penindas tak’kan ingin alam Papua menjadi rembulan
Yang hadir mewarnai gelapnya.
Penguasa tak’kan ingin alam Papua seperti dia yang datang penuh dengan cinta lalu pergi meninggalkan luka
Kini langit kembali menangis apabila hati bumi Papua terasa iris dan pedis seperti cabe merah.
Penguasa melihat bumi Papua akan terpuruk dengan senyum
Yang akan hilang membuat ku seperti tertusuk peluru
Tak’kan ku diam dalam keadaan alam Papua memburuk
Bumi Cenderawasih memberikan pelangi apabila hati yang buruk akan pulih lagi di negara para penguasa.
Bumi cenderawasih tak’kan pantas untuk terluka
Menentang luka itu, penerus Papua lembah, gunung,
Pesisir, kaum wanita, kaum lelaki dan semuanya.
Kehidupan terlalu pahit untuk dilalui tanpa orangtua ku
Perasan tidak akan tenang, yang menghampri ketika
Malam .
Kapan lagi akan berjumpa dengan orangtua ku
Kapan lagi bersama orang tua untuk berburu
Aku akan rindu kehadiran orangtua dalam kehidupan
Pahlawan pejuang Papua tak’kan bernyawa dalam pengharapan kebebasan di tanah Papua dengan mutlak
Dari sang penguasa
Memaksa dengan sakit yang menimpa dalam kehidupan sehari -hari di tanah Papua.
Hati Dalam Penjara
Besi putih berjejer rapat di depanku
Menutupi indahnya kebebasan, indanya cinta akan tanah air
Kini tak’kan ku rasakan, hanya kerinduan yang bisa ku pendam
Dalam hatiku, kiini cintaku sudah lenyap
Bersama darah suci Yesus Sang Penyelamat dosa umatNya di dunia ini
Mengharapakan kebebasan mutlak dari sang penguasa tanah Papua tercinta
Biarkan alam Papua yang penuh emas, akan menentukan nasibnya sendiri dalam kehidup di bumi Cenderawasih yang mempesona.
Setiap kali ku tidur kau kau datang padaku
Dengan riang kau menyambut
Kesedihan menutupi raut wajah yang penuh tetesan air mata seakan dalam neraka penjara, agar terlihat bahagia burung Cenderawasih
Kaulah pesona hatiku Cenderawasih dalam tubuhmu Papua yang menyelimuti emas.
Aku bukan buaya yang mudah lapar
Meskipun mangsa banyak di mataku
Dalam sejuta neraka terbentang luas
Harapanku yang tersesat ratusan alasan
Dalam neraka penjara mengeluh menjadi menyenangkan
Pula menjadi ketenangan merengkuh tangisan
Dalam candaan, sahabat, meski sesaat.
Membuat mereka bahagia sejenak
Menyemangati dalam pejuang nanti
Terpaku diri untuk membangun perjuangan
Bila kita tak ada di sisinya.