Asal Muasal Nama Burung Cenderawasih

diptapapua.com, JAYAPURA- Burung Cenderawasih adalah salah satu burung yang memiliki keunikan dan keindahan tersendiri serta memiliki daya tarik bagi semua orang, terutama para wisatawan untuk dapat melihatnya secara langsung.

Burung Cenderawasih yang dijuluki burung surga ini telah dikenal oleh seluruh dunia, karena merupakan salah satu spesies yang dilindungi saat ini. Burung Cenderawasih ini merupakan salah satu burung yang hidup di Provinsi Papua maupun di negara tetangga PNG.

Namun demikian, bisa dipastikan bahwa belum banyak orang yang tahu tentang asal muasal nama Burung Cenderawasih dan siapa yang memberikan nama burung yang dijuluki burung surga ini.

Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan, Burung Cenderawasih diberi nama dalam bahasa Latin oleh Ilmuan Asal Swedia, Carolus Linnaeus yang dikenal sebagai bapak sistem penamaan ilmiah tumbuhan dan hewan dunia.

Menurut Suroto, sistem ini pertama kali dipergunakan pada pertengahan abad ke-18. Berbagai macam nama ilmiah tumbuhan dan hewan menggunakan bahasa Latin karena bahasa Latin telah lama dianggap sebagai bahasa ilmu pengetahuan di Eropa.

“Sistem pemberian nama disebut binomial nomenclature. Binomial berarti dua nama, sedangkan nomenclature berarti sistem penamaan,” katanya melalui siaran pers yang diterima diptapapua.com, Jumat (8/5).

Suroto mengatakan, setiap spesies mempunyai dua nama yang terdiri dari nama genus dan nama spesifik spesies tersebut. Misalnya nama ilmiah Burung Cenderawasih yang diberi nama oleh Linnaeus adalah Paradisea apoda yang berarti burung surga tanpa kaki.

“Paradisea adalah nama genus dan dalam penulisannya harus harus kapital, sedangkan apoda adalah nama spesies yang harus ditulis dengan harus kecil. Dalam penulisannya, nama-nama ilmiah biasanya dicetak miring,” ucapnya.

Namun demikian, Suroto menyatakan, dari sekian tumbuhan dan hewan yang diberi nama oleh Linnaeus, hanya satu yang “salah” yaitu ketika memberi nama ilmiah Burung Cenderawasih dengan nama burung surga tanpa kaki.

“Padahal burung endemik Papua ini memiliki sepasang kaki,” ujarnya. (N/F: Maxi).

"Obor Untuk Papua"

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest Articles

Mahasiswa Nduga dan Lanny Jaya Kota Malang Sikapi Konflik Horizontal antara Masyarakat Lanny Jaya dan Nduga

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Konflik berawal dari kasus perselingkuhan yang berujung konflik saudara di kampung Hilekma, Distrik Napua, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua...

IPMK Kota Studi Jayapura Dukung Deklarasi Lembah Kebar Sebagai Tanah Injil dan Keadilan Ekologis

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Ikatan Pelajar dan Mahasiswa/i Kebar (IPMK) Kota Studi Jayapura mendukung deklarasi Lembah Kebar sebagai Tanah Injil dan Keadilan Ekologis...

Pernyataan Sikap Mahasiswa dan Pelajar Asal Nduga Terkait Dana Pendidikan

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Manusia Membutuhkan Pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar Manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara...

Teror Terhadap Mahasiswa Papua: Tetap Tenang dan Berbahaya

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Poster ini bukan untuk dikriminalisasi, maupun untuk mengganggu psikologis kawan-kawan. Barang kaya begini kita sudah alami dari lama sejak...

Kronologis dan Tuntutan Keluarga Korban Penembakan Thobias Silak

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Kronologis dan tuntutan ini dikeluarkan oleh keluarga Thobias Silak, korban penembakan yang mati di Dekai, Yahukimo, Papua Pegunungan pada...