DIPTAPAPUA.com – Obor Untuk Papua –
Oleh: Amo Makipai)*
Ketika natal menggema dunia bahkan di halaman rumah, diriku bertanya pada alam sekitarnya, mangapa aku tidak bahagia bersama keluarga? Sebab natal adalah salah satu dari sekian banyak kebahagiaan, yang harus mensyukuri nikmat hidup sehari-hari dan menikmati suasana yang meriah di hari natalnya.
Merayakan Hari Natal adalah suatu proses untuk melengkapi kekosongan hidup, karena di hari natal itu menjadi bahan refreintasi lahirnya Juru Selamat umat Kristiani dan pembawa damai bagi umat manusia, namun konteksnya berbeda dengan kondisi kehidupan orang Papua. Orang Papua sedang merayakan Hari Natal dengan kondisi yang tidak aktual, maka disebut sebagai rasa tidak bersyukur dan tidak bahagia masa-masa natal yang ceriah.
Orang Papua sedang berhadapan dengan situasi yang tidak efisien, maka tidak merasakan natal, karena hidup selalu ditekan oleh antek-antek kolonial dan kini sedang berada di tempat yang tidak strategis untuk merayakan natal yang bahagia. Bahagia itu sederhana, tetapi kebahagian di Natal itu sebuah anugerah terindah dalam kehidupan, tetapi karena diriku terusik di hutan belantara, maka diriku hanya bisa mengirim sepotong doa dari tempat yang tidak nyaman ini.
Dari tempat mengungsi seraya berkata dalam doa, bahwa kahidupan yang ditekan Aparat kolonial Indonesia ini menjadi bahan pembicaraan dengan engkau “Juru Selamat umat manusia”. Tapi kenapa diriku dipenjarakan seperti ini? Padahal diriku ingin bahagia di hari natal, seperti mereka yang sedang bahagia dan bersyukur merayakan Natal dengan kondisi yang nyaman itu.
Kenyamanan disertakan dalam kondisi seperti ini menjadi pertanyaan bagi Dia “Yesus Kristus” karena kehidupanku ada di tangan Dia, Dia yang menjadi penentu kebijakan untuk membawa ke situasi yang aman atau tidak, namun karena situasi yang diciptakan kolonial Indonesia melalui Aparat TNI-Polri begitu sangat mempengaruhi seluruh seluk-beluk kehidupannya, maka jejaringan dengan Yesus menjadi bahan refreintasi dinamika perkembangan rakyat Papua, terutama yang sedang mengungsi di mana-mana, di teritori West Papua.