DIPTAPAPUA.com – Obor Untuk Papua –
Oleh: Yosep Adii)*
Papua terletak pada kedudukan 0 19’ – 10 45” LS dan 130 45’ – 41 BT, menempati setengah bahagian barat dari Papua New Guinea yang merupakan pulau terbesar kedua setelah Greensland. 421.981 km2, membujur dari barat ke timur (Sorong – Jayapura), sepanjang 1200 km dari utara ke selatan (Jayapura – Merauke ) sepanjang 736 km.
Selain daripada tanah yang luas, Papua memiliki banyak pulau sepanjang pesisirnya.Tetapi, daerah ini diselimuti berbagai konflik akibat akar persoalan Integerasi Indonesia melalui Pepera 1969, dianggap cacat hukum oleh rakyat Pribumi. Sedangkan rakyat pendatang Indonesia di Papua mulai 1958, telah bekerja sama dengan America Serikat untuk menghadirkan PT. Freeport Mc Moran sebagai pengendali kekuatan ekonomi kapitalis demi menguasai dunia, negara yang tergabung di dalamnya sangat kuat, tetapi rakyat Papua, pemilik emas, tembaga, batu bara dan uranium dimiskinkan selain tak memiliki jaminan sosial yang pasti bagi orang asli Papua adalah Tirani paling kejam sebagaimana tirani romawi, pada tahun 54 M Papua.
Tirani, ini berlaku dalam dunia keagamaan di Papua, terlebih khusus agama katolik, dalam menjadi uskup, masih dicurigai terdapat praktek-peraktek kuasa kegelapan dalam perebutan kekuasaan keagamaan di Papua. Setelah meninggalnya, Almarhum Dr, Neles Tebay, Pr. dan kondisi sakit yang dialami pastor Jeck Mote Pr, tetapi juga meninggalnya Almarhum Nato Gobay Pr, termasuk Almarhum Bapa Uskup Ferdinand Herman Ferdinand Maria Muninghoff, OFM, juga adalah praktek “ilmu gaib dan racun menekan darah” dalam makanan dan minuman yang sulit ditelusuri. Pembunuhan sistematis tak terlihat ini adalah penguasaan kekuasaan yang banyak terjadi di Romawi Zaman kaisar Nero abad 37 M.
Keagamaan di Papua juga ikut memainkan peranan penting dalam kepentingan terutama, kepentingan mereka pada PT. Freeport Indonesia. Para pelaku Tirani melakukan aturan-aturan yang melemahkan umat, umat diperlakukan sebagai objek, walaupun umat adalah pemilik hak-hak ulayat, mereka memasang aturan semacam stop jual tanah bawasannya mereka tidak mengerti, jika tanah diambil alih aparat kerja sama TNI/POLRI dalam mengamankan lahan-lahan. Tetapi gereja tutup mulut menghadapi lembaga militer, gereja hanya berani menindak umat adalah bagian lain yang terjadi juga banyak terjadi jaman tirani Raja Nero di Roma.
Tirani dalam gereja menjadi wajah negara yang melemahkan umat. Gereja tidak ikut memberantas segala penyakit sosial dan pelanggaran HAM yang terjadi. Umat dimasukan angka-angka judi togel, bolla guling, dan berbagai macam judi, gereja menjadi mitra polri dan TNI, sebagai kelanjutan Bir, Bar dan Bor jaman rezim Mantan Peresiden Soeharto 1968-1997 di Papua. Papua secara reel dijadikan sodom bomora, tindakan yang jauh dari isi alkitabia, sehingga rakyat dilemahkan, tak berdaya dalam kebodohan, watak manusia diisi angka-angka nihil dilapisi kecanduan yang tak ada habisnya. Sehingga Negara betul-betul kuat dalam kepentingan ekonominya di Papua Barat.
Sepanjang negara kuat dengan hasil perusahan mineral dan batu bara, emas, uranium dan segala pemasukan yang meningkatkan kas negara, maka apapun bentuk perjuangan orang asli Papua sulit kita menemukan titik kemenangan. Tetapi, jika rakyat papua mau merdeka sebagaimana Timor-Timur dan Africa Selatan yang berusaha menghancurkan pusat-pusat perekonomian negara yang menindas mereka. Timor Leste dapat lepas dari negara Indonesia pada tahun 1999, karena Krisis Perekonomian Dunia, 1996-1998 perusahan PT. Freeport juga mogok, akibat mahasiswa yang menuntut agar Mantan Peresident Soeharto turun dari jabatannya, Soeharto mengundurkan diri pada 12 Mei 1998. Krisis moneter 1998, inilah menjadi momentum bagi rakyat Timor-Timur untuk merdeka, karena Negara tidak ada ruang untuk bergerak, negara tidak mampu melakukan apa-apa akibat pusat-pusat perekonomian mogok. Begitu juga rakyat Africa Selatan berulang kali menghancurkan pusat-pusat perekonomian demi mencapai Kemerdekaan Africa. Bagimana dengan rakyat Papua?
Hari ini rakyat Papua harus menghentikan pusat-pusat perekonomian terutama PT. Freeport harus ditutup, bila perlu dihancurkan menggunakan amunisi, rakyat Papua harus menciptakan krisis moneter nasional dan internasional. Dunia harus krisis, kapitalis harus krisis, Jika negara sudah krisis maka negara tidak mampu menggerakan organ-organ negara yang bergerak karena uang. Semua bekerja karena uang. Apa yang harus rakyat Papua lakukan??
Rakyat Papua harus lakukan adalah mobilisasi massa yang bekerja di hutan, mobilisasi yang bekerja di perusahan-perusan terutama di PT. Freeport, kelapa sawit, organisir mereka dengan masalah-masalah yang mereka hadapi, organisir buruh, inilah yang dapat menghentikan penghasilan negara. Negara akan krisis. Jika rakyat tidak mampu menggerakan menggunakan amunisi, artinya pusat-pusat pemasukan negara dari Perusahan yang beroperasi menguras sumber daya alam Papua ditutup. Mengapa pemogokan perekonomian di Papua harus dilakukan?
Rakyat Papua harus melakukan segala sesuatu untuk menuntaskan pemusnahan kejahatan kemanusiaan atau pelanggaran kemanusiaan dengan seluruh motivasi di atas Tanah Papua dengan label pemusnahan etnis melanesia oleh kolonial kapitalis di Bumi Cenderawasih.
Barometer keberadaan Indonesia di Papua Barat adalah hanya kepentingan ekonomi. Orang kulit putih miskin itu menginginkan kekayaan, mereka ingin kaya karena hakikatnya mereka adalah miskin di daerahnya. Jadi rakyat Papua harus menanggapinya dengan menghancurkan pusat-pusat perekonomian kolonial kapitalis di Papua barat.
Referensi:
1. https://tirto.id/mengingat-referendum-jalan-panjang-kemerdekaan-timor-leste-bFyB.
2. https://www.liputan6.com/bisnis/read/766666/ekonomi-afrika-selatan-paling-perkasa-di-tangan-nelson-mandela?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2F.
3. http://fransiskanpapua.org/2017/11/21/freeport-akar-persoalan-di-tanah-papua/.
4. https://indoprogress.com/2015/06/pemekaran-dan-proses-pemusnahan-manusia-papua-melalui-pendidikan/?
5. https://intisari.grid.id/read/031729083/inilah-nero-kaisar-romawi-yang-gila-kemewahan-tirani-namun-mengakhiri-hidupnya-dengan-bunuh-diri?page=all.
6. https://suarapapua.com/2018/02/12/saya-siap-mati-untuk-papua-revitalisasi-perjuangan-uskup-muninghoff-dalam-advokasi-ham-di-tanah-papua-bagian-pertama/.
Penulis adalah anggota aktif di Asosiasi Masyarakat Adat)**