Buah Merah: Hidangan Istimewa Di Hutan Papua

Oleh: Ever Otniel Asentowi    

Buah Merah merupakan sebuah tumbuhan berbuah yang tumbuh di hutan Papua. Tinggi pohon buah merah ini sekitar 4 meter, daunnya berwarna hijau disertai dengan duri kecil di sepanjang samping daun. Pohon atau batang buah merah juga diselimuti duri kecil.

Kala itu hingga kini rakyat Papua gunakan itu sebagai hidangan untuk mengisi perut. Namanya buah merah, namun tidak hanya warnanya merah, terdapat juga warna kuning dan tetap disebut buah merah. Buah Merah sangat dilarang keras oleh hukum adat  untuk menebang tanpa izin dari pemiliknya atau pemilik tanah adatnya.

Buah merah ditanam atau juga tumbuh secara alami di tempat yang lembab (rawa) dan ada juga yang tumbuh di tanah  kering. Terdapat perbedaan yang mencolok berdasar pada tempat berkembangbiakannya.  Buah Merah yang tumbuh di daerah lembab (rawa) buahnya besar dan panjang. Sedangkan, yang tumbuh di daerah kering buahnya sedang (tidak terlalu besar) dan pendek.

Bagaimana kita dapat mengetahui buah merah yang siap untuk diambil dan yang belum bisa diambil? Ketika daun pembungkus buah merah sudah kering, itu artinya buah merah siap untuk diambil. Tetapi saat daun pembungkus buah merah masih hijau, berarti masih dalam proses pematangan.

Ketika kita (orang papua) hendak rindu makan buah merah, biasanya mereka menggunakan batang kayu sebagai penjolok untuk menjolok buah merah yang tergantung indah di tangkai pohon buah merah. Setelah diambil, Mama atau Bapa Papua langsung membawa pulang ke rumah untuk dikelola menjadi makanan spesial, hidangan bersama keluarga.

Untuk era ini, biasanya buah merah diolah dengan menggunakan belanga (wadah untuk memasak). Buah merah yang masih utuh, dipotong kecil berbentuk segi empat, lalu dimasukan ke dalam belanga dengan air dan biarkan nyala api api yang mengolahnya. Hingga beberapa menit di nyala api, dan pastikan buah merah telah matang (lembek). Tuangkan air dan sisakan buah merah dalam wadah tadi, lalu dicampur lagi dengan singkong rebus, ubi jalar (petatas) yang sudah matang, atau apapun campurannya tergantung pada selera lidah menyantapnya. Setelah dicampuri lalu dihancurkan hingga merat dan buah merah siap disajikan. Yang disantap ialah semacam cream yang terdapat pada biji buah merah dan bijinya dibuang. Sesuatu yang istimewa bagi orang Papua ialah santap buah merah.

Tempo dulu, buah merah diolah dengan cara yang berbeda. Biasanya menggunakan bambu sebagai wadah untuk mengolahnya. Yang dimasukan ke dalam bambu ialah cairan dari buah merah yang sudah dipisahkan dengan bijinya. Cara mengolah buah merah untuk menjadi santapan zaman dulu ilah serba lokal. Menggunakan bahan yang tersedia di alam untuk proses pengolahannya.

Pada era dewasa ini, buah merah tidak lagi menjadi hidangan special orang Papua. Hanya segelintir orang di beberapa daerah yang masih merawat dan melestarikan hidangan ini. Bahkan, sangat kejamnya perkembangan zaman, ada beberapa orang Papua, anak muda Papua yang belum pernah makan buah merah. Lihat pun belum pernah apalagi makan. Melihat buah merah yang seakan termakan pusara, membuat hati remuk, bahwa salah satu identitas kami (orang Papua) sedikit lagi hilang terkubur zaman (waktu).

Di beberapa daerah di Papua juga percaya bahwa buah merah memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit. Seperti, yang diyakini masyarakat Tambrauw atau Kebar khususnya bahwa Buah merah juga sebagai penambah darah. Buah merah terdapat di tiap dusun milik suku atau sub suku tertentu. Merekalah yang berhak atas dusun buah merah tersebut dan akan diwariskan kepada generasi berikut.

Sebagai anak asli Papua, saya sangat berharap bagi kita generasi muda Papua, untuk lebih dewasa menghadapi perkembangan zaman, tanpa harus  menghilangkan sesuatu yang menjadi eksistensi dari budaya atau kebiasaan yang telah lama dirawat leluhur kita. Buah merah tumbuh untuk kita dan kita hidup karena buah merah dan seharusnya kitalah yang merawat buah merah.

*Penulis adalah Mahasiswa Papua kuliah di Malang

"Obor Untuk Papua"

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest Articles

Mahasiswa Nduga dan Lanny Jaya Kota Malang Sikapi Konflik Horizontal antara Masyarakat Lanny Jaya dan Nduga

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Konflik berawal dari kasus perselingkuhan yang berujung konflik saudara di kampung Hilekma, Distrik Napua, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua...

IPMK Kota Studi Jayapura Dukung Deklarasi Lembah Kebar Sebagai Tanah Injil dan Keadilan Ekologis

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Ikatan Pelajar dan Mahasiswa/i Kebar (IPMK) Kota Studi Jayapura mendukung deklarasi Lembah Kebar sebagai Tanah Injil dan Keadilan Ekologis...

Pernyataan Sikap Mahasiswa dan Pelajar Asal Nduga Terkait Dana Pendidikan

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Manusia Membutuhkan Pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar Manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara...

Teror Terhadap Mahasiswa Papua: Tetap Tenang dan Berbahaya

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Poster ini bukan untuk dikriminalisasi, maupun untuk mengganggu psikologis kawan-kawan. Barang kaya begini kita sudah alami dari lama sejak...

Kronologis dan Tuntutan Keluarga Korban Penembakan Thobias Silak

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Kronologis dan tuntutan ini dikeluarkan oleh keluarga Thobias Silak, korban penembakan yang mati di Dekai, Yahukimo, Papua Pegunungan pada...