DIPTAPAPUA.com – Obor Untuk Papua –
Penulis: Romanus Syufi
Papua tak hanya memiliki sagu (Papeda) sebagai makanan pokok atau makanan khas daerah setempat. Namun, masih banyak terdapat makanan khas Papua lainnya, salah satunya ialah Buah Merah.
Buah Merah atau yang dalam bahasa ilmiah disebut Pandanus Conoideus adalah makanan khas Papua yang telah dikonsumsi masyarakat Papua semenjak dahulu kala. Buah Merah merupakan salah satu tumbuhan endemik yang hanya terdapat di pulau paling timur Indonesia itu.
Tumbuhan endemik ini memiliki dua jenis yaitu, warna merah dan ada yang warna kuning. Yang warna kuning biasanya disebut Buah Merah Kuning. Tumbuhan ini berjenis pohon yang tingginya sekitar 3 meter dan batangnya dipenuhi dengan duri serta daunnya yang panjang sekitar 1,5 meter ini dibarengi dengan duri di sisi kiri dan kanan. Jenis tumbuhan ini adalah, tumbuhan yang memiliki musim buah atau berbuah pada waktu tertentu saja, seperti halnya durian, mangga dan sebagainya.
Buah merah yang awalnya berwarna hijau ketika masih mudah, akan berubah warna merah atau kuning saat siap untuk dikonsumsi. Buah merah ini ketika sudah waktunya untuk diambil, maka biasanya menggunakan kayu sebagai penjolok untuk dijatuhkan buahnya dari atas pohon. Karena ketika sudah menua, buah merah tidak dengan sendirinya jatuh ke permukaan tanah seperti durian. Buah ini bergantung di atas pohonnya dan dihimpit oleh daun dan tangkainya yang besar dan keras, sehingga tidak mudah untuk patah atau jatuh.
Buah merah ditanam atau juga tumbuh secara alami di tempat yang lembab (rawa) dan ada juga yang tumbuh di tanah  kering. Terdapat perbedaan yang mencolok berdasar pada tempat berkembang biakannya.  Buah Merah yang tumbuh di daerah lembab (rawa) buahnya besar dan panjang. Sedangkan, yang tumbuh di daerah kering buahnya sedang (tidak terlalu besar) dan pendek. Buah merah terdapat di tiap dusun atau di tanah adat milik suku atau sub suku tertentu. Merekalah yang berhak atas dusun buah merah tersebut dan akan diwariskan kepada generasi berikut.
Pada era ini, biasanya buah merah diolah dengan menggunakan belanga (wadah untuk memasak). Buah merah yang masih utuh, dipotong kecil berbentuk segi empat, lalu dimasukan ke dalam belanga dengan air dan diberi nyala api untuk proses pematangan hingga beberapa menit dan pastikan buah merah telah matang (lembek). Tuangkan air dan sisakan buah merah dalam wadah tadi, lalu dicampuri lagi dengan singkong rebus, ubi jalar (petatas) yang sudah matang, atau apapun campurannya tergantung pada selera lidah menyantapnya. Setelah dicampuri lalu dihaluskan secara merata dan buah merah siap disajikan. Yang disantap ialah semacam cream yang terdapat pada biji buah merah dan bijinya dibuang. Sesuatu yang istimewa bagi orang Papua ialah santap buah merah.
Tempo dulu, buah merah diolah dengan cara yang berbeda. Biasanya menggunakan bambu (bamboo) sebagai wadah untuk mengolahnya. Yang dimasukan ke dalam bambu ialah cairan dari buah merah yang sudah dipisahkan dengan bijinya. Cara mengolah buah merah untuk menjadi santapan zaman dulu ilah serba lokal. Menggunakan bahan yang tersedia di alam untuk proses pengolahannya.
Di beberapa daerah di Papua, mereka percaya bahwa buah merah memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit. Seperti, yang diyakini masyarakat Kebar, KabupatenTambrauw, Provinsi Papua Barat bahwa Buah merah juga sebagai penambah darah. Di Wamena atau di daerah lainnya, buah merah diolah menjadi minyak goreng, karena buah merah mengandung minyak yang tinggi.
Pada era globalisasi ini, buah merah tidak lagi menjadi hidangan spesial orang Papua. Hanya segelintir orang di beberapa daerah yang masih melestarikan hidangan ini. Bahkan, saking kejamnya perkembangan zaman, ada beberapa orang Papua, anak muda Papua yang belum pernah makan buah merah. Lihat pun belum pernah apalagi makan. Melihat buah merah yang seakan termakan pusara, membuat hati remuk, bahwa salah satu identitas orang Papua sedikit lagi hilang terkubur zaman (waktu).