Oleh: Roberth Yewen
Embun gelap tak terasa hendak menutupi sore indah di kota ini. Gerimis mengempas seluruh kota ini. Tak terasa malam pun akan segera datang.
Wajahmu terbayang di cela-cela gerimis sepanjang kota ini. Hati pun rindu di tengah-tengah gerimis yang terus membasahi alam di negeri ini.
Bulan yang siap terbit pun tak kelihatan ditutupi oleh awan kolombus, seakan-akan berharap datangnya hujan deras di malam hari.
Namun, gerimis kerinduan terus menjelit hati yang telah tandus menjadi hati yang subur, bagaikan seorang gadis di padang gurung yang merindukan setetes air di dalam dahaganya.
Kau adalah gerimis kerinduan yang datang, namun akan pergi di kala datangnya sang pelangi di sore hari. (**).
Baca juga:Â Mawar Itu Telah Layu