Oleh: Maxi Syufi
Otsus itu lahir dan menempatkan orang Papua sebagai pemeran utama di atas negerinya sendiri. Otsus memberikan kewenangan kepada orang Papua untuk mengatur rumahnya sendiri, bukan sebatas uang.
Berdasarkan UU NO. 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) Papua bahwa akan berakhir pada tahun 2021. Laporan Presiden pada rapat terbatas di Istana Negara (11/03/2020) bahwa menjelang 20 tahun atau sejak Otsus bergulir di Papua hingga detik ini, telah dikucurkan dana sebanyak Rp. 94,24 triliun. Namun, kesejahteraan, perdamaian, keadilan masih menjadi kerinduan orang Papua.
Tong: Kawan ayo tong turun jalan tuntut Papua Merdeka sudah !
Dong: Ahhk jangan kam demo ehhhh, sekarang kam mau minta apa untuk gantikan Papua Merdeka?
Tong: Ada tong pu tim sudah ke Jakarta situ, dong minta serahkan hak penuh untuk tong pimpin di negeri sendiri.
Dong: Ohh sip, mulai sekarang tong kasih Otsus sama kam ehhh.
Tong: Ohhh Terima kasih kawan, kam baik sekali !
Otonomi Khusus (Otsus) yang diberikan kepada rakyat Papua semenjak 2001 itu, sudah menghabiskan uang mencapai 90-an triliun. 2021 Otsus akan berakhir atau hampir 20 tahun hidup dengan Otsus, yang kita kenal hanya selembar uang. Namun, dibalik uang itu ada darah yang mengalir, ada tangis yang membanjir atau ada juga yang lari sembunyi di hutan karena bunyi senjata.
Lalu, sekarang Otsus mau diperpanjang atau berhenti? Kini saatnya kita yang tentukan, mau ada darah yang tiap hari tumpah karena Otsus itu atau berhenti? Kalau tidak mau ada darah di tanah Papua lagi, berarti sekarang tolak Otsus.
Tong: Kawan sekarang sudah mau 20 tahun, Otsus nih macam gagal khhhhhh. Kok masih ada orang Papua yang dapat tembak, sa pu keluarga di Nduga dong masih mengungsi. Kayanya Otsus bukan solusi yang tepat. Otsus itu cuman selembar uang yang tutup tong pu mulut, telinga atau pele tong pu mata untuk atur masa depan Papua.
Dong: Ahhh kawan, kalau begitu tong coba perpanjang Otsus ini khh? Kan kamu sendiri juga yang bilang untuk mau perpanjang tohhh!
Tong: Adohhh kawan, lebih baik ko turun langsung ke Papua, masuk ke Honai, masuk ke Rumah Kaki Seribu baru ko tanya masyarakat, dong mau minta apa ?
Karena selama ini kam cuman dengar orang-orang yang pake pakaian rapi, tidur, makan, minum enak di Jakarta. Dong itu enak atas hasil darah yang tumpah di jalanan dan dong itu lebih pentingkan uang dibandingkan ribuan nyawa yang hilang atau dong masih mau lihat keluarga di Nduga mengungsi. Tong sekarang mau minta Hak Penentuan Nasib Sendiri.
Dong: Adohhh kawan sa jalan dulu ehhhh, Bos di Jakarta ada panggil jadi.
Tong: Baaah baru Otsus nihh bagaimana ?
Dong: Kam diam sajaaa, nanti tong atur di Jakarta !
Tong: Adohhh pace de tipu tong lagi ini.
Otsus tidak bisa dilihat dari jendela Jakarta atau tidak hanya mendengar dari oknum tertentu yang mengatas namakan Orang Papua. Otsus plus atau jilid II ini akan menentukan masa depan Orang Papua. Apapun alasannya, biarkan orang Papua sendiri menilai, mengambil kesimpulan dan menentukan kedudukan Otsus ke depan. Rakyat Papua yang rasakan, jadi kembalikan ke masyarakat yang tentukan dan dengar apa yang mereka inginkan. (**)