Oleh: FissĀ Kudiai
Mengapa saya menggunakan judul “Ku Cinta Alam Leluhur Bangsa Papua” hal ini menandakan bahwa kita (anak pribumi) dengan lapang dada yang mempunyai wewenang mulia pemilik alam, tanah air yang ada di wilayah bangsa Papua ini.
Alam Papua sebagai sumber kehidupan yang kaya akan susu dan madu, dimiliki oleh orang berambut keriting dan berkulit hitam. Justru itu yang akan berfaedah, bukan hanya untuk industri yang digunakan oleh bangsa yang rakus akan kekayaan tanpa memperhatikan nasib warga, karena di luar dari bangsa Papua, tujuannya ialah memonopoli kekayaan yang ada di wilayah Papua.
Dengan tegas! STOP Alam Papua dijadikan sebagai barang perdagangan! Bukan hanya mengagetkan jutawan dan miliaran dari negara penjajah, tetapi lebih erat dan seharusnya memikirkan demi masa depan yang akan terjadi seperti apa.
Anda mudah menjual alam, tanah, air yang ada di Papua ini. Hal ini ibaratkan seperti anda yang tidak sadar bahwa sedang menjual anakmu, anda menjual keluarga, bahkan anda menjual harga dirimu, dan akhirnya tempat hidup lahannya sudah dijual habis.
Sebetulnya sudah punya akal budi yang sehat, tetapi tanpa berfikir ke depan, apa yang akan terjadi pada negeri kita dan anak cucu kita nantinya. Tanpa berfikir latar belakang, bahkan tanpa berfikir esok hari massa hidupnya, hanya ada kata hura-hura.
Jika anda mudah menukar uang dengan tanah air, mesti harus berfungsi secepatnya untuk semua orang. Menurut anda yang mana lebih penting! yaitu butuh tenaga dan pikiran serta ide-ide. Uang yang digunakan untuk membeli barang modern, beras, bisa menjamin generasi ke generasi atau tidak ?, sehingga harus menganalisis yang lebih rinci, agar berguna bagi yang punya alam atau tanah air ini.
Oleh sebab itu, tanah air merupakan falsafah yang di dalamnya menyimpan berbagai sumber kehidupan untuk bisa menjamin sepanjang hidup, generasi ke generasi, selama masih bernafas di muka bumi ini. Sehingga hutan Papua bermanfaat bagi kaum pribumi yang identitasnya Keriting Rambut dan Hitam Kulit, sebagai identitas kami yang sudah diwariskan sejak dahulu, dari penciptanya.
Selagi kita masih bernafas, jangan mengutamakan kepentingan diri sendiri, bahkan jangan berfikir bahwa anda merasa lebih hebat dan mempunyai keuntungan diri sendiri. Jika ada seorang pejabat di atas bangku atau kursi jabatannya, jangan sembunyikan janji-janjimu di hadapan rakyat, karena kamu diangkat dari suara dan aspirasi masyarakat.
Jangan pula kalian para pejabat anak negeri yang selalu terpaku pada kekuasaan untuk berfoya-foya, coba kalian sadar! Lihatlah tanah dan sumber daya alammu, tālah dicopot oleh kaum pura-puraan, yang datang dengan senyum, dibalik senyum itu ada seribu alasan dan kebohongan. Bahkan seorang intelektual akan mengikuti situasi yang begitu banyak terjadi saat itu. Stop Jual TANAH! kata Almarhum Mgr. Gaiyabi, Uskup Timika.
Pena: Cakar Menulis**