Lagu Arnold Ap “Hidup ini Suatu Misteri” Hiasi Nobar dan Diskusi oleh AMP Surabaya Peringati Tragedi Biak Berdarah

SURABAYA, diptapapua.com – “Hidup ini Suatu Misteri” lagu almarhum Arnold Clemens Ap yang populer pada masanya dengan grup Mambesak, dinyanyikan lagi oleh Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) komite Surabaya saat penghujung acara Nonton barang (Nobar) dan Diskusi peringati 22 tahun tragedi Biak Berdarah yang diadakan pada Senin (06/07/2020) di Asrama Papua, Jalan Kalasan no. 10 Kota Surabaya.

Selain lagu “Hidup ini Suatu Misteri” lagu lainnya yang juga dinyanyikan dalam peringatan tersebut ialah “Hai Tanahku Papua” yang diakui sebagai lagu kebangsaan Papua Barat. Lagu ini dinyanyikan sembari meletakan tangan kanan di dada sebagai simbol penghormatan dan penghayatan.

Tak hanya itu, dilakukan juga pemutaran video pengakuan salah seorang korban dalam tragedi Biak Berdarah pada 6 Juli 1998 yaitu Tinike. Dalam pengakuan tersebut, dia menceritakan tentang bagaimana perlakuan aparat militer terhadap masyarakat Biak pada tragedi tersebut.

Dilanjutkan dengan diskusi terkait tragedi Biak Berdarah atau juga persoalan Papua lainnya yang melibatkan seluruh peserta. Salah seorang peserta dalam diskusi tersebut, Yakup Israel Rumasarwir Manibuy mengaku dirinya baru mengetahui realita yang terjadi di Papua saat mengikuti moment itu.

“Wawasan saya terbuka dengan wadah ini. Selama ini yang saya pelajari hanya sejarah yang terjadi di Jawa atau pulau lainnya sedangkan yang di Papua sendiri tidak ada,” tutur Mahasiswa Papua asal Bintuni ini.

Seorang peserta Nobar dan Diskusi mengutarakan pernyataannya terkait persoalan Papua. (Foto: Maxi/diptapapua.com)

Kemudian, dirinya menegaskan agar kita (orang Papua) harus sadar atas apa yang telah terjadi di atas tanah Papua. “Kita harus tahu bahwa orang Papua itu sudah menderita dari awal hingga detik ini,” jelasnya.

Ditegaskan juga oleh Alin Tekege, Ketua AMP Komite Surabaya bahwa sebagai generasi Papua harus bersuara terhadap apa yang terjadi di negeri sendiri.

“Persoalan Biak Berdarah adalah masalah kita bersama. Siapa lagi yang akan bicara kalau bukan kita generasi Papua,” pungkasnya. (N/F: Maxi)

"Obor Untuk Papua"

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest Articles

Praktek ‘Apropriasi’ Budaya Papua oleh Warga Jember saat Karnaval Budaya

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Kasus diskriminasi terhadap mahasiswa asal Papua kerap terjadi, termasuk di Kabupaten Jember. Salah satunya dialami oleh Kostantina (24),...

Saat Yudisium, Mahasiswa Papua Kampus Unram Dikriminalisasi Pihak Kampus

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Pasca Gelar Yudisium Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram), Security kampus dan Intelijen Kriminalisasi dan Intimidasi Mahasiswa Papua di Universitas...

Misa Perdana Pater Kristian Sasior Diiringi Tarian Adat Suku Irires

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Prosesi tarian adat Suku Irires mengiringi Misa Perdana Pater Kristian Sasior. OSA di Gereja Katolik Santa Maria Asiti,...

Alokasi Dana Pemilu Bermasalah, KPK Diminta Periksa KPU Tambrauw

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Pengalokasian dana persiapan pemilihan umum (Pemilu) dikatakan bermasalah. Hal itu disampaikan oleh Yance Akmuri, selaku ketua Panitia Pemilihan...

IPMKR Sorong Luncurkan Website Berita: Demi Permudah Publikasi Informasi

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Bertepatan saat Musyawarah Besar, Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kebar Raya (IPMKR) luncurkan Website berita resmi milik IPMKR. Situs berita...