Oleh: Albert Daniel Anari
Papua adalah salah satu wilayah di timur Indonesia yang mempunyai banyak keunikan, baik itu keindahan alam maupun kearifan lokal. Oleh sebab itu, tak hanya orang-orang yang mendiami bumi papua saja yang tertarik, namun berbagai kalangan dari seluruh penjuru tertarik untuk berkunjung ke Papua. Tak hanya keindahan alam, tetapi juga budaya yang beragam, unik dan menarik. Hingga detik ini keaslian dari alam Papua masih terjaga secara utuh. Salah satu keunikan dari Papua yang tak lazim lagi di telinga masyarakat luas ialah Noken Papua atau dalam bahasa Mpur kabupaten Tambrauw disebut Canduor.
Jika kita teliti secara mendalam mengenai Noken, maka kita akan temukan berbagai jenis atau ciri khas Noken di Papua. Setiap suku-suku yang mendiami bumi Cenderawasih memiliki jenis Noken yang berbeda. Mulai dari bahan pembuatan hingga motif pun mempunyai  keunikan tersendiri. Hal itulah yang  membuat Noken menjadi titik pusat perhatian dari manca negara.
Noken merupakan tas rajutan tradisional asal Papua. Dirajut dengan bahan kulit kayu, bunga anggrek dan  tali rami. Noken Papua sudah terdaftar di UNESCO sebagai warisan dunia. Namun, pada kenyataan yang kini saya jumpai ialah semangat Orang Asli Papua (OAP) untuk melestarikan budaya atau anyaman noken yang asli semakin menurun.
Baca juga:Â https://diptapapua.com/mengenal-kebudayaan-dan-asal-usul-papua/
Saya berharap masalah ini, menjadi sebuah tanggung jawab kita semua termasuk para pemimpin kami orang Papua. Agar dapat mencari solusi, bagaimana caranya memperdayakan dan membina generasi muda untuk mengenal jati diri mereka yang sebenarnya, yaitu Noken. Sebab, Noken adalah identitas kami Orang Papua. Saya secara pribadi mengajak Bapak, Ibu, Tete, Nenek, Kakak, adik yang menjadi pemimpin di atas tanah ini, harus memimpin dengan hati yang tulus agar dapat menciptakan dan melestarikan keunikan kita di atas tanah Papua.
Jangan hanya karena motivasi dengan hal-hal tertentu yang tidak dapat mempertahankan jati diri kita (Noken). Tetapi mari kita jeli untuk melihat masalah ini secara serius agar Noken tidak hanya berakhir di Bapa, Mama, Tete, Nenek saja, tetapi harus dilestarikan secara turun temurun, dari generasi per generasi, lestarikan noken sebagai bagian dari diri kita sendiri.
Melihat perkembangan zaman yang melaju seiring dengan tuntutan zaman, kerajinan tangan khususnya Noken mulai pudar di tengah masyarakat, maka perlu untuk dilestarikan agar perkembangan arus global yang datang tidak dapat mempengaruhi dan juga menghilangkan warisan berharga kita, Noken. Agar supaya generasi sekarang bisa dapat melihat dan mengenal Noken Papua sebagai ciri Khas orang asli Papua yang sangat unik dan menarik di mata semua orang.
Noken memilki nilai filosofis yang sangat mendalam, baik itu sebagai Mama, kehidupan dan juga keindahan yang hakiki. Sehingga dapat memperlihatkan ekspresi ke dalam bentuk Noken. Noken  sangat penting untuk dapat dilestarikan, Karena noken adalah Mama dan segala kehidupan bagi manusia Papua. Harus dilakukan sosialisasi agar generasi kami tetap untuk mempertahankan Noken, menjadi semangat bagi generasi kini sehingga mengarahkan mereka pada hal-hal yang positif. Jika tidak dapat mensosialisasikan pentingnya mempertahankan Noken, maka sadar dan tidak sadar akan hilang terbawa arus tekhnologi dan terkubur lumpur globalisasi. Melestarikan Noken Berarti melestarikan nilai budaya dan jati diri orang Papua.
Motto Provinsi Papua Barat “Kalau Bukan sekarang Kapan lagi, Kalau Bukan Kitorang Siapa Lagi. Motto ini menjadi motivasi bagi kita yang lahir dan besar bersama Noken bahwa kami lah yang menjaga serta melestarikan jati diri melalui Noken. Kalau bukan Kitorang, siapa lagi yang lestarikan Noken. Kalau bukan sekarang, kapan lagi kita lestarikan Noken yang sebagai Jati diri dan representasi dari Mama Papua yang melahirkan kita. (**)