Lika-liku Pendidikan di Moskona Utara Jauh: Kepala Distrik Akhirnya Bangun Gedung Sekolah Demi Selamatkan SDM

DIPTAPAPUA.com – Obor Untuk Papua –

Oleh: Anselmus Faan

Pengantar

Distrik Moskona Utara Jauh merupakan salah distrik di Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Distrik ini terletak di tengah empat kabupaten, yakni Kabupaten Teluk Bintuni, Maybrat, Tambrauw dan Kabupaten Pegunungan Arfak. Masyarakat di distrik ini, berasal dari suku Moskona, Kebar dan dari suku Irires. Masyarakat yang berada di Kampung Inofina memang sangat mengalami hambatan besar dalam akses ke kota. Masyarakat atau khususnya anak-anak sekolah, biasanya menempuh pendidikan di Kabupaten Maybrat atau di Bintuni dan kami harus berjalan kaki selama 3-4 hari dalam perjalan. Kami tidur dalam gua di tengah hutan rimba selama 3 malam.

Memang sulit pelayanan pendidikan, kesehatan, agama dan pelayanan pemerintahan di Distrik Moskona Utara Jauh. Namun, hanya ada transportasi udara, yakni pesawat AMA dari misi Katolik yang melayani masyarakat di Moskona Utara dan termasuk kami di Moskona Utara Jauh. Tetapi pesawat terbang ke Moskona pun, jika ada dukungan uang dari pihak pemerintah kabupaten dan di tingkat distrik. Jika tidak ada uang, maka tenaga guru serta tenaga kesehatan berjalan kaki dari Bintuni ke Moskona Utara. Jangkauan transportasi yang tidak memadai menuju distrik Moskona Utara Jauh inilah yang menghambat pembangunan gedung sekolah dasar di Moskona Utara Jauh sejak kampung Inofina berdiri hingga sekarang.

Meskipun terdapat hambatan demikian, tak mengurangi semangat Kepala Distrik Moskona Utara Jauh, Bapak Marius Orocomna untuk menyelamatkankan sumber daya manusia (SDM) di Distrik Moskona Utara Jauh dengan membangun gedung sekolah dasar Negeri Moccu Inofina. Untuk itu, dalam tulisan ini akan kami menulis tentang latar belakang pendidikan sekolah dasar Moccu Inofina, pengertian dan tujuan pembangunan SD Negeri Moccu Inofina.

Latar Belakang Pendidikan Sekolah Dasar Moccu Inofina

Masyarakat di Distrik Moskona Utara Jauh pada zaman dahulu, belum mengenal yang namanya pendidikan di sekolah dasar (SD), apalagi perguruan tinggi. Mereka saat itu masih tinggal bersama maupun masing-masing tinggal di rumah (khas) di dusun. Dusun tersebut seperti dalam bahasa setempat disebut Mihorg, Muuc, Mosror, Mesisi dan Mesyam. Namun, karena berkat Tuhan, utusan salah satu orang yang berpengaruh pada zaman itu, yakni bapak Efradus Orocomna, datang sebagai Musa Baru (bukan Yesus) untuk membawa masuk pemerintahan di wilayah itu. Dia mengajak masyarakat untuk membuka kampung di dusun Mokseg.

Saat itu hanya terbentuk kampung dan berdirinya Gereja Protestan. Namun, tidak berjalan dengan baik karena tenaga pendeta kurang memadai dan akses daerah tersebut sangat jauh dari pusat keramaian (Kota). Sekolah dasar belum ada. Masyarakat berpindah dari Kampung Mokseg dan membuka lokasi baru di dusun Muukestew. Di tempat baru ini juga belum dibuka SD. Masyarakat pindah lagi ke dusun Mesisi (kini Kampung Inofina Distrik Moskona Utara Jauh) untuk membuka lokasi baru. Mereka dibawa ke sana oleh bapak Efradus dan rombongannya. Setelah mereka tiba di Inofina, mulai memikirkan untuk membuka lokasi baru dan mulai membangun rumah sederhana sesuai budaya setempat. Setelah terbentuk kampung dan berdirinya Gereja Katolik, beberapa tahun kemudian berdirilah sebuah sekolah dasar.

“Pada tahun 1995, bapak Yulianus Apoki dan bapak Yonatan Sasior meminta bantuan tenaga guru dari pihak misi Katolik di Merdey (kini Paroki Salib Suci Merdey) untuk mengajar anak-anak di sekolah dasar di Inofina (kali Biru),” cerita salah seorang guru, Ambrosius Faan. Pihak misi di Merdey, Moskona Barat merespon baik permintaan itu, lalu mengizinkan Manuel Sasior sebagai guru dari misi untuk mengajar anak-anak di Inofina.

Dua orang pemuda saat memikul genset (alat/ mesin penerang lampu) menuju Moskona Utara Jauh. (Foto: Dok Pribadi)

Manuel Sasior sebagai guru pertama yang membuka sekolah dasar. Namun, saat itu belum ada gedung sekolah dasar. Kekurangan itu tidak membatasi semangatnya untuk melaksanakan tugas sebagai guru. Dia mulai memanggil, mungumpulkan dan mengajar anak-anak sebagai murid pertama di rumah keluarga, dan juga di dalam gedung gereja Katolik (belum tahu persis jumlah murid pada waktu itu). Proses belajar mengajar berjalan sesuai kondisi yang ada. Peralatan sekolah seperti pena, buku, sepatu, seragam dan fasilitas tak tersedia. Para murid pada waktu itu, mengikuti proeses belajar mengajar dengan menggunanakan pakaian seadanya, bahkan ada yang menggunakan cawat (pakaian adat khas masyarakat Moskona atau Wilayah pegunungan di Papua Barat umumnya).

Tahun 1997-2000, pada tahun ini proses pendidikan tidak berjalan (berhenti), karena bapak Manuel Sasior diminta oleh masyarakat untuk menjabat sebagai kepala kampung Inofina yang pertama. Pada tahun 2000, orang tua berusaha untuk mendatangkan guru baru, yakni Pak Guru Soleman Aisasior (Alm), untuk melanjutkan proses belajar mengajar selama satu tahun di SD YPPK  (Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik) Inofina. Karena tenaga pengajar dan fasilitas sekolah yang kurang mendukung, pak guru Soleman Aisasior tidak mengajar lagi.

Pada tahun 2001-2002, pak guru Yosep Syama melanjutkan proses belajar mengajar di SD YPPK Inofina. Beberapa murid pertama dari SD YPPK Inofina yang berhasil lulus, yakni Ambrosius Faan, Willem Orocomna, Hamilus Faan, Jhoni Sasior, Thomas Sasior dan mereka lain yang tidak sempat cantumkan namanya. Pak guru Yosep Syama (Sekretaris Distrik Aifat Timur Jauh, Kabupaten Maybrat) tidak aktif lagi mengajar, maka beberapa murid tersebut melanjutkan pada kelas 4-5 di SD INPRES Moyeba, Moskona Utara. Hamilus Faan hanya sampai pada pendidikan menengah pertama (SMP) dan Jhoni Sasior kini masih dalam bangku perkuliahan. Sedangkan, Ambrosius Faan (kini sebagai guru di SD Negeri Moccu Morg) dan Wilem Orocomna  (Wilem Orocomna S.IP) sudah berhasil menyelesaikan strata satu (S1).

Tahun 2003-2006 tidak ada proses belajar mengajar di SD YPPK Inofina karena tidak ada tenaga guru. Jumlah murid memang bannyak. Beberapa adik tingkat dari Ambrosius Faan dan Willem Orocomna, nganggur dan sebagian sudah menikah. Mereka yang telah menikah memang merasa kecewa dengan situasi pendidikan pada masa mereka yang tidak mendukung.

Tahun 2007-2019, kehadiran pak Guru Simson Syama S.Pd mulai mengaktifkan kembali proses belajar mengajar di SD YPPK Inofina. Siswa pada saat itu memang sangat banyak. Beberapa anak didikan pak guru Simson Syama saat itu, yakni saya (Anselmus Faan), Melkyanus Syama, Daniel Fatemyo, Ignasius Yafies dan Modesta Fatemyo. Pak guru Simson Syama mulai mengumpulkan dan mengarahkan kami untuk mempersiapkan semua keperluan guru dan kebutuhan kami dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Dia memang sangat berinisiatif dan kreatif.

Kami pikul kapur tulis, buku, pena dan kerperluan sekolah dari Distrik Moskona Utara ke Kampung Inofina, berjalan kaki di tengah hutan selama 5-6 jam. Pak guru menyuruh kami membuat papan tulis secara manual. Saat itu belum ada gedung sekolah sehingga pak guru bekerja sama dengan umat atau masyarakat di Inofina agar meminjamkan gedung gereja Katolik sebagai tempat belajar mengajar. Gedung gereja pada waktu itu memang sangat sederhana. Ada bangku tetapi tidak ada sandaran, apa lagi tehel dan perlengkapan dalam gedung gereja yang lain. Awalnya kami menjadikan paha sebagai menja tulis untuk meletakkan buku dan mencatat mata pelajaran yang sedang dijelaskan oleh pak guru Simson Syama.

Beberapa waktu kemudian, ada tukang bangunan dan operator sensor kayu datang untuk membangun proyek rumah untuk masyarakat. Kami mengambil papan sisa, lalu kami buat meja belajar sesuai kemampuan kami saat itu. Kami letakkan meja belajar di dalam ruangan gereja. Kami hanya menggunakan ruang gereja sebagai kelas selama hari senin sampai hari sabtu. Sabtu sore kami menyimpan semua alat dan bahan keperluan sekolah yang ada dalam gereja lalu meletakkannya di tempat khusus yakni di sekitar halaman gereja. Bukan hanya fisilitas sekolah yang tidak memadai, tetapi pakaian seragam, sepatu dan perlengkapan sekolah lainnya tidak tidak ada. Kami waktu itu hanya menggunakan pakaian harian tanpa alas kaki pergi ke sekolah mengikuti proses belajar mengajar. Pak Guru Simon Syama memang benar-benar menghayati penting dan manfaat dirinya sebagai guru, sehingga bisa mampu bertahan mengajar kami dan masih bertahan mengajar di Inofina hingga sekarang tahun 2021.  Di antara tahun 2007-20019  nama SD YPP Inofina mengalami perubahan nama menjadi SD Inpres kelas jauh cabang dari SD INPRES Moyeba. Kemudian berubah nama lagi, kini menjadi SD Negeri Moccu Inofina karena ada alasan tertentu.

Dari perjalanan panjang, jatuh bangun dalam proses pendidikan di Moskona Utara Jauh, hal itulah yang menggerakan hati kepala distrik Moskona Utara Jauh, Marius Orocomna S.E untuk segera membangun gedung sekolah dasar yang layak untuk proses berlangsungnya pendidikan dasar.

Tujuan Pembangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri Moccu Inofina

Berdasarkan pada amanat Undang Undang Dasar 1945, maka pengertian pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa, cinta dan berbangga terhadap bangsa dan Negara, tarampil, kreatif, berbudi pekerti yang santun. Pemahaman dasar tentang pendidikan seperti itulah, sehingga Kepala Distrik Moskona Utara Jauh berusaha dan bekerja keras membangun SD Negeri Moccu Inofina sebagai lembaga pendidikan dasar yang mempersiapakan anak-anak asli Moskona Utara Jauh yang berkualitas baik untuk diri mereka dan masyarakat.

Kepala Distrik Moskona Utara Jauh, Marius Orocomna. (Foto: Dok Pribadi)

Dia sudah menjalankan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijelaskan pengertiannya yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang tertuang ke dalam tujuan pendidikan nasional dan pendidikan di sekolah dasar, yaitu untuk mewujudkan suasana belajar dan proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara termasuk masyarakat di Moskona Utara Jauh.

Tujuan pendidikan nasional adalah mengarahkan berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, cakap, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan memiliki tanggung jawab. Tujuan pendidikan di sekolah dasar dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3 menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam mencerdaskan bangsa”. Dan pasal 31 ayat 5 bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan (bdk. disdik.bekasikab.go.id, diakses 25 Maret 2021).

Bertolak dari undang-undang ini, tujuan Kepala Distrik Moskona Utara Jauh, Marius Orocomna SE, mengatakan bahwa membangun gedung sekolah dasar untuk menyelamatkan anak-anak sekolah dasar di Inofina. Dia juga tidak mau kalah dengan pemimpin di daerah lain yang membangun daerahnya melalui berbagai macam hal seperti gedung sekolah dasar yang baik. Sebab itu, dia berusaha membuat permohonan ajukan kepada pihak dinas terkait di Bintuni untuk membangun gedung sekolah. Permohonannya direspon baik sehingga bisa membangun gedung SD tersebut.

“Saya berusaha membuat permohonan kepada dinas P dan P, dan mereka merespon dengan baik, maka saya bisa membangun gedung SD lengkap dari kelas 1-6,” kata kepala Distrik Moskona Utara Jauh, Marius Orocomna SE. “Saya bangun SD ini supaya anak-anak Inofina tidak pergi sekolah (SD) di tempat lain lagi seperti di Maybrat dan di Moyeba,” lanjutnya.

Menurut dia, anak-anak sekolah dasar di Inofina melanjutkan pendidikan kelas 3-6 di tempat lain karena tidak ada fasilitas sekolah  di Inofina. “Saya berjalan kaki dari Bintuni ke Distrik Moskona Utara Jauh selama lima (5) hari dalam perjalanan untuk bertemu dengan masyarakat mempersiapkan lokasi pembangunan gedung sekolah,” cerita Marius Orocomna.

Dia bekerja keras untuk menyelamatkan dan mengembangkan sumber daya manusia, khususnya anak-anak sekolah di SD Negeri Inofina agar mengikuti proses pendidikan dasar dengan baik dan benar dan juga mengurangi hambatan dalam hal fasilitas sekolah. Menurut dia bahwa membangun SD itu untuk mempermudah anak-anak sekolah. “Saya membangun gedung  SD ini bukan untuk mencari nama,” tekannya.  Uang yang digunakan sebesar Rp. 900.000.000.,00 (sembilan ratus juta). Uang itu juga sebagian untuk biaya transportasi pesawat dari Bintuni ke Moskona Utara. Semua bahan bangunan sudah tiba di Moskona Utara kemudian masyarakat berjalan kaki sekitar 4-5 jam dalam perjalanan untuk memuat/ memikul bahan tersebut dari Distrik Moskona Utara  ke Distrik Moskona Utara Jauh. “Saya bentuk mandor di lapangan untuk mengawasi masyarakat memuat bahan dari Moyeba ke Inofina,” pungkas orang nomor satu di distrik itu. Tiap masyarakat yang memikul bahan, upahnya Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu).

 Penutup

Masyarakat Distrik Moskona Utara Jauh memang mengalami hambatan dalam pelayanan. Medan (letak geografis) pelayanan sangat memprihatinkan. Namun, itu tidak mengurangi semangat Kepala Distrik Moskona Utara Jauh untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Semangat  orang nomor satu di distrik itu, terbukti melalui terlaksananya pembangunan gedung Sekolah Dasar Negeri Moccu Inofina. Sesuai tujuannya bahwa membangun gedung sekolah dasar untuk menyelamatkan sumber daya manusia khususnya sumber daya anak-anak sekolah dasar di Moskona Utara Jauh. Sebab itu, semua masyarakat sebaiknya terus mendukung program pembangunan yang dilakukan oleh kepala distrik.

Penulis (Anselmus Faan adalah mahasiswa STFT Fajar Timur Jayapura, Papua)**

"Obor Untuk Papua"

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest Articles

Praktek ‘Apropriasi’ Budaya Papua oleh Warga Jember saat Karnaval Budaya

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Kasus diskriminasi terhadap mahasiswa asal Papua kerap terjadi, termasuk di Kabupaten Jember. Salah satunya dialami oleh Kostantina (24),...

Saat Yudisium, Mahasiswa Papua Kampus Unram Dikriminalisasi Pihak Kampus

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Pasca Gelar Yudisium Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram), Security kampus dan Intelijen Kriminalisasi dan Intimidasi Mahasiswa Papua di Universitas...

Misa Perdana Pater Kristian Sasior Diiringi Tarian Adat Suku Irires

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Prosesi tarian adat Suku Irires mengiringi Misa Perdana Pater Kristian Sasior. OSA di Gereja Katolik Santa Maria Asiti,...

Alokasi Dana Pemilu Bermasalah, KPK Diminta Periksa KPU Tambrauw

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Pengalokasian dana persiapan pemilihan umum (Pemilu) dikatakan bermasalah. Hal itu disampaikan oleh Yance Akmuri, selaku ketua Panitia Pemilihan...

IPMKR Sorong Luncurkan Website Berita: Demi Permudah Publikasi Informasi

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Bertepatan saat Musyawarah Besar, Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kebar Raya (IPMKR) luncurkan Website berita resmi milik IPMKR. Situs berita...