Penulis: Xaverius Sie Syufi
Pada tahun ini adalah tahun di mana dilakukan pemilihan serentak di seluruh kota/ kabupaten yang berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemilihan yang dilakukan untuk memilih para calon bupati dan wakil bupati yang mana telah memenuhi syarat dan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagaimana yang termuat dalam Undang–undang Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Para bakal calon bupati dan calon wakil bupati harus mempunyai visi-misi yang akan diwujudkan dalam program kerjanya ketika menjabat nanti. Dari bakal calon yang ada untuk kabupaten Manokwari memiliki dua bakal calon yang akan bertanding dalam pesta demokrasi yang dilaksanakan pada 9 Desember 2020.
Dengan terselengaranya pesta demokrasi ini pemilih harus lebih jelih dalam menentukan para bakal calon bupati dan wakil bupati Manokwari yang baik. Agar bisa dapat membangun dan menjawab keresahan masyarakat Manokwari yang maju, mandiri, dan bermartabat. Kota injil membutuhkan pemimpin yang harus takut akan Tuhan dan taat terhadap aturan yang ada dalam agam yang dianutnya agar menjadi fondasi dalam menjalakan semua proses dalam masa kepemimpinannya. Bukan hanya mempermainkan isu- isu dan membuat banyak janji tapi jauh lebih penting harus menawarkan konsep pembangunan yang merata untuk memajukan masyarakat.
Melihat realita yang terjadi di Manokwari dengan penduduk yang sangat majemuk maka sangat diharapkan para bakal calon pemimpin daerah serta segenap tim suksesnya untuk harus lebih menjunjung tinggi nilai – nilai etika yang demokratis dalam masa kampanyenya supaya terhindar dari isu-isu murahan yang tidak berfaedah atau yang memiliki sumber potensi konfil dalam pesta demokrasi ini.

Mnukwar (kota lama) memiliki satu suku besar yakni suku Arfak dan kedua bakal calon yang maju merupaka putra-putra Arfak yang sama-sama memiliki potensi dan di utus oleh Tuhan dengan itu, maka untuk menghidari politik peraktis yang akan saling ancam mengancam satu sama lain. Kami ini keluarga maka harus menjunjung tinggi nilai etika moral dari seorang pemimpin untuk dapat mengakomodir seluruh elemen masyarakat yang ada di kota injil ini dengan penuh rasa persaudaraan sejati dalam pergumulan hidup sehari – hari baik masyarakat papua maupun non- papua untuk tetap menjaga keharmonisan di kota buah – buahan tercinta ini.
Ada sebuah kutipan dari buku yang berjudul ‘Politik Katolik’ mengatakan bahwa “ jika ingin menjadi seorang politikus maka berpolitik yang bermoral dan jika ingin menjadi seorang politik maka berpolitik yang beretika”, dari pernyataan ini menjelaskan kepada kita sebagai pecandu sekaligus pengedar politik bukan hanya untuk para bakal calon bupati dan wakil bupati melainkan untuk semua lapisan masyarakat yang mengikuti pesta demokrasi harus menjunjung tinggi nilai moral dan etika yang ada, baik secara individu maupun kelompok agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. Karena masyarakat yang turut mengambil bagian dalam hak politik hari ini adalah mereka yang mampu memilih dan menentukan seorang pemimpin masa depan kota injil.
Seperti yang dikatakan oleh filsuf Yunani kuno, Aristoteles ‘ Manusia adalah Son politikon, yang berarti manusia adalah makhluk politik ’. Dan dia juga menegaskan bahwa lebih baik buta pendidikan, daripada buta politik’ mengapa? Karena buta pendidikan terdapat dua hal, yakni tidak bisa membaca dan menulis sedangkan buta politik di ibaratkan anak tikus mati di atas lumbung padi. Maka sangat penting untuk melakukan suatu pencerahan politik kepada masyarakat khalak agar dapat memahami politik secara baik sehingga tidak menyamaratakan politik sebagai suatau kebebasan belaka namum politik merupakan suatu kekuasaan.
Pesat demokrasi ini merupakan pesta rakyat yang mana memilih dan menentukan “ the best of the best”, artinya “ yang baik dari yang terbaik ” dari kedua bakal calon sesuai dengan hati nurani rakyat untuk perubahan Manokwari dalam dimensi pengembangan dan pembangunan lima tahun. Untuk itu rakyat menggunakan hak suara secara baik dan benar dalam saat pencoblosan di TPS yang akan di sediakan di masing – masing lurah/ RT yang ada. Semoga jangan meninggalkan kesan politik yang tidak etis dalam pesta demokrasi tahun ini.
Saya berharap dari sedikit tulisan ini bisa dapat menjadi pegangan untuk memilih dan menetukan pilihan bakal calon bupati dan wakil bupati yang sesuai dengan ketulusan hati dari segenap masyarakat yang ada, jangan terpaksa atau terburu-buru dan yang lebih penting adalah bukan karena selalu meberi uang,dll tapi harus memilih untuk menjadi pemimpin yang cintai rakyat dan takut akan Tuhan agar menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan amanat penderitaan rakyat.
“Vox populi vox Dei” (suara rakyat adalah suara Tuhan)