Memaknai Passion ‘Mansar’ Filep Karma (bagian I)

DIPTAPAPUA.com – Obor Untuk Papua –

Oleh: Siorus Degei)

Bangsa Papua terus menerus digunturi berita duka terus-menerus. Rupanya, Papua bukan Papua jika dalam setiap guliran hari hidupnya tidak ada satu pun pekata yang menimpanya. Secara bertubi-tubi dan fajar dalam dua tiga bulan terakhir ini Papua terus-menerus diguncang berita dukacita yang mendalam. Hampir semua pejuang kemanusiaan dan perdamaian di bumi Papua satu per satu dipanggil oleh Tuhan ke “Honai Surga” yang Damai.

Pasalnya pada Hari Jumat Tanggal 07 Oktober 2022, tepat jam 10:00 Waktu Belanda, bangsa Papua juga kehilangan salah satu perempuan hebat Papua di kancah politik internasional dipanggil pulang oleh Sang Khalik, Leoni Tanggahma, putri kedua dari pasangan mendiang Benny Tanggahma dan Sofie Komber. Ben Tanggahma pernah menjadi kepala perwakilan Organisasi Papua Barat (OPM) di Senegal hingga beberapa tahun sampai kantor tersebut ditutup. Puan Leoni Tanggahma merupakan Kordinator Diplomat International, Mantan Pelobi United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), salah satu Juru Runding West Papua dalam Konperensi Perdamaian Papua (KPP) tahun 2011 di Jayapura, dan staf pada kantor Mahkamah Internasional di Den Hag (https://jubi.id/nasional-internasional/2022/selamat-jalan-leonie-tanggahma-pejuang-perempuan-papua-barat/, 01/11/2022).

Pasca perayaan tiga malam berpulangnya Puan Leoni Tanggahma, Papua juga  kembali kehilangan salah satu Martir dan Patriot sejatinya, yaitu Tuan Yonah Wenda, Ketua Eksekutif WPNCL dan Ketua I Legislatif Council United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) legislatif Andy Ayamiseba yang telah meninggal, juga tutup usia pada Senin, 10 Oktober 2022.

Belum cukup merasa pulih atas kepulangan para Martir dan Patriot Sejatinya, bangsa Papua juga kehilangan salah satu pejuang mudanya, yang juga adalah seorang Frater Calon Imam Diosesan dari Keuskupan Jayapura, yakni Frater Paulus Zode Hilapok S.AJ. MTP (Sarjana Anak Jalanan, Mantan Tapol Papua). Paul Zode Hilapok adalah Salah satu dari 8 Orang Mahasiswa Yang mengibarkan Bintang Fajar di Gedung Olahraga (GOR) Cenderawasih, Jayapura pada 01 Desember 2021. Zode ditangkap dan ditahan di Rumah Tahanan Kepolisian Daerah  Papua (Rutan Polda Papua) sejak 01 Desember 2021. Dia (Zode) merupakan calon imam keuskupan Jayapura. Statusnya masih aktif sebagai mahasiswa aktif Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) “Fajar Timur”, Padang Bulan, Abepura. Pada malam Sabtu pukul 00.12 Waktu Papua di Rumah Sakit Umum Yowari, Zode Hilapok menghembus nafas terakhir, (https://jubi.id/opini/2022/perginya-tapol-papua-dari-fajar-timur-2-2/, 01/11/2022).

Dalam nuansa dukacita yang terjadi secara maraton ini, hati dan kalbu bangsa, tanah, alam dan leluhur bangsa Papua kembali diguncang dengan berita duka yang lebih menghentakkan lagi. Kali ini bukan dia yang muda, baru atau asing lagi di jalan tua menuju “Firdaus Papua Tanah Damai” yang pergi menghadap Sang Khalik secara misterius dan mengenaskan.

Kronologi Kematian ‘Mansar’ Filep Karma

Pada Senin, (1/11/2022) pagi, Warga sekitar Pantai Base-G, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, Papua, digegerkan dengan ditemukannya sesosok mayat pria menggunakan pakian selam. Jasad  Filep ditemukan warga pada pukul 06.30 WIT di pinggiran pantai dengan posisi terlentang ke atas.

Berikut hendak diperlihatkan berita kematian Filep Karma yang beredar luas dengan cepat melalui media sosial (medsos), salah satunya WhatsApp lengkap dengan lampiran foto Mayat ‘Mansar’ (Sebutan untuk Bapak dalam Bahasa Byak).

Mohon cek kebenaranya bagi yang di Jayapura. O, tolong e… Mohon yang ada di Jayapura, cek dulu. Apa benar itu bapa ka. Senin, 01 -11-2022 Jam 07.00 WIT Warga Deplat Kiri Menemukan Jenazah Almahrum Pilep Karma Di Pantai Base G  sebelah Kiri Di LokasiSteven Makanuai. Info in benar atau tidak in teman2 tolong cek yang berada di kota Jayapura. Bapak, Ibu, Sodara, Sodari, mari kita tundukkan kepala buat Bapak/Kakak Filep Karma, seorang pejuang Papua yang tak kenal takut, telah dipanggil pulang setelah menyelam di Pantai Base G kemarin. Jenasahnya ditemukan pada jam 7 pagi tadi di arah kiri pantai. Biarlah jiwanya tenang di surga yang kekal.

Kurang lebih demikian SMS berantai yang beredar sejak pagi tadi. Kemudian daripada pihak kepolisian dari Polsek Jayapura Utara dan Kapolresta Jayapura tiba di tempat dan mulai mengevakuasi jasad Filep Karma. Kapolresta Jayapura Kota, Kombes Pol Victor Mackbon, membenarkan bahwa pihaknya sedang mengklarifikasi informasi Kematian Mansar Filep di lokasi kejadian. Dan rupanya benar bahwa Jenazah Filep Karma ditemukan di Pantai Base G, Kota Jayapura, Papua, Selasa (1/11/2022), sekira pukul 07.00 WIT, (https://regional.kompas.com/read/2022/11/01/093620178/aktivis-papua-filep-karma-ditemukan-tewas-menggunakan-pakaian-selam-di, 01/11/2022). Sosok yang aktif dalam memperjuangkan hak-hak orang Papua itu diduga meninggal dunia karena tenggelam saat menyelam. Pihak keamanan juga mengimbau kepada seluruh masyarakat supaya tidak terpancing untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan bersama. Saat ditemukan, Filep Karma masih menggunakan pakaian selam serta adanya alat-alat memburu ikan dan pelampung. Seusai ditemukan, jenazah Filep Karma langsung dibawa ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkaran untuk dilakukan visum dan proses identifikasi, (https://papua.tribunnews.com/2022/11/01/filep-karma-meninggal-polisi-imbau-masyarakat-tidak-terpancing-narasi-liar, 01/11/2022).

Siapa Sosok ‘Mansar’ Filep Karma?

Setelah Arnold Ap (1 Juli 1945 – 26 April 1984) budayawan, antropolog, dan musisi Papua Barat, ketua grup Mambesak dan kurator Museum Universitas Cenderawasih, ia memperkenalkan budaya Papua dalam acara radio mingguan yang diasuhnya, rupanya bangsa Byak khususnya, dan bangsa Papua pada umumnya kehilangan seorang “Napi Sejati” dan “Mansar Terbaik” dalam sejarah perjuangan bangsa Papua “Mencari Firdaus Yang Hilang”. Setelah Arnold Ap pergi Pada 26 April 1984, ia ditembak di pantai Pasir Enam, sebelah timur Kota Jayapura, dalam satu skenario pelarian menuju Papua Nugini yang diduga dirancang oleh Kopassus. Tiga butir peluru bersarang di perut dan lengan kanannya. Ap meninggal di rumah sakit Aryoko, Jayapura, dalam usia 39 tahun, (https://tirto.id/arnold-ap-dan-mambesak-menyanyikan-hati-nurani-tanah-papua-gdTg#secondpage, 01/11/2022). Bangsa Byak juga kehilangan salah satu pejuang sejati yang sekharismatik dengan Arnold Ap, yakni Tuan Filep Karma.

Filep Jacob Semuel Karma (lahir 15 Agustus 1959), lazim dikenal dengan nama Filep Karma, adalah aktivis kemerdekaan Papua. Pada tanggal 1 Desember 2004, ia ikut mengibarkan bendera Bintang Kejora dalam sebuah upacara di Jayapura, Indonesia.

Sosok Filep Karma disorot kembali setelah dia dibebaskan pada 19 November 2015 dari penjara Abepura, Papua.

Dia adalah tahanan politik yang penjara karena menaikkan bendera Bintang Kejora dan berbicara dalam pawai pro kemerdekaan Papua pada 2004.

Dia dibebaskan lebih awal setelah menjalani 11 tahun dari 15 tahun vonis penjara.

Pembebasan Filep Karma, pada 2015, merupakan bagian dari kebijakan pemberian grasi yang ditempuh Presiden Joko Widodo terhadap sejumlah tahanan politik di Papua. Saat itu Jokowi menyebut langkah itu sebagai upaya pemerintah dalam menyelesaikan konflik di Papua.

Lima orang yang diberikan grasi oleh Presiden Jokowi adalah para pelaku serangan ke gudang senjata di markas Kodim Wamena pada 2003.

Felip Karma, yang menolak menandatangani proses grasi, tidak termasuk dalam pembebasan itu. Dalam wawancara dengan BBC, Filep mengatakan dia tidak mau mengajukan grasi karena itu berarti dia mengaku bersalah dan meminta presiden mengampuninya. Filep menginginkan amnesti karena, menurutnya, dia tidak bersalah.

Pada 19 November 2015, Filep Karma akhirnya dibebaskan dari penjara Abepura, setelah menjalani 11 tahun penjara dari 15 tahun vonis yang dijatuhkan, ( https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-63445600, Filep Karma, aktivis kemerdekaan Papua, ditemukan meninggal dunia di pantai Jayapura, 01/11/2022).

Sudah Ditegur Alam, Kemungkinan ‘Mansar’ Lalai?

Sebenarnya pengalaman tenggelam di pantai ini sudah dialami oleh mendiang Mansar Filep Karma ketika dikabarkan hilang di perairan Base G, lagi-lagi di perairan yang satu dan sama yang menerkamnya di Jayapura sejak Minggu (12/12/2021) siang Puji Tuhan, sebab Ia diselamatkan oleh masyarakat kampung Skouw Yambe, (https://jubi.co.id/hilang-di-perairan-base-g-filep-karma-ditemukan-selamat-di-skouw/, 01/11/2022).

Sejatinya pengalaman sudah menjadi “sosok guru” atau “pelajaran emas” untuk Mansar Filep agar supaya lebih mawas, bijak dan hati-hati lagi untuk melakukan satu aktivitas dan atau rutinitas yang sama yang notebene mengancam keselamatannya.

Bahwa sejatinya “Alam Pantai Base G” yang adalah manifestasi “pereolongan otoritas langit” (Tuhan) sudah menegur Mansar Filep untuk lagi pergi menyelam bersama orang-orang amber (Amber adalah sebutan orang byak untuk orang pendatang atau orang luar yang datang ke Byak), apalagi orang-orang amber ini terlihat sangat asing dan misterius sekali. Keasingan dan kemisteriusan orang-orang amber ini termanifestasi dalam sebuah foto yang beredar sebelum Mansar Filep menghembuskan nafas terakhirnya.

Ada satu foto yang cukup kontroversi di mana Mansar Filep berpose bersama empat orang amber, tiga pria satu wanita, belum diketahui jenis kelamin si pemotret, jadi kira-kira mereka ada enam orang. Dalam foto itu terlihat Mansar Filep sedang mempersiapkan peralatan selamnya. Penulis menaruh besar hipotesa bahwa lima orang yang bersama-sama pergi menyelam bersama Mansar Filep itu tidak lain dan tidak bukan adalah utusan-utusan dari Badan Intelejen Nasional atau BAIS.

Sebab, sangat terlihat sekali ciri khas dan karakteristiknya. Kita pasti sudah memiliki foto tersebut, dan besar kemungkinan kita semua menyangsikan bahwa Kelima orang yang bersama dengan Mansar Filep itu adalah para intelejen terlatih yang memang ditugaskan untuk melenyapkan Mansar Filep di Pantai Base G. Dari raut wajah atau mimik muka, gestur tubuh, dan perangainya sangat menjadi suatu argumentasi tak terbantahkan sekali bahwa kelima orang yang bersama Mansar Filep itu adalah utusan aparat keamanan nasional, dalam hal ini BIN/BAIS.

Penulis sangat yakin bahwa kematian Filep Karma ini merupakan suatu perencanaan intelejen yang masak. Hal ini ini terbukti bahwa pasca kejadiannya tadi pagi, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya pihak kepolisian dari Polsek Jayapura Utara dan Kapolresta Jayapura lansung tiba di tempat kejadian guna mengklarifikasi dan mengevakuasi jasad Mansar Filep. Di sini tercium sekali bau konspirasi licik yang sudah dipersiapkan matang-matang. Kapolresta Jayapura-Papua bisa menuding bahwa pihaknya juga semacam tidak tahu menahu, namun yang jelas kerjasamanya bersama sekutunya yang ada dalam Tim Penyelam Mansar Filep telah menuai hasil. Kita tunggu saja kenaikan pangkat besar-besaran di dalam tubuh kepolisian, intelejen, kemiliteran negara yang sudah berhasil membunuh bukan saja Mansar Filep tapi juga Puan Leoni Tanggahma, Tuan Yonah Wenda dan Frater Paul Zode Hilapok.

Sebenarnya mereka (BIN/BAIS yang masuk dalam Tim Penyelam Bersama Mansar Filep) sudah hendak mengeksekusi Mansar Filep pada musibah pertama di pantai yang satu dan sama pada Minggu 12 Desember 2021, namun karena “Tuhan, Alam dan Leluhur” bangsa Papua sangat menyayangi Mansar Filep, maka dirinya berhasil lolos dari jebakan mutakhir BIN/BAIS yang sudah ter-desain dan ter-setting bersih dan rapih itu. Sebenarnya, sebagai pejuang kharismatik Papua yang mendasari perjuangannya dengan jalan damai (non violence) Mansar Filep bisa membaca dan menafsirkan “kode alam” atau “teguran alam” ini, namun rupanya kenyataan berkehendak lain, Mansar Filep Karma pun untuk yang kedua kalinya masuk dalam jebakan Badman yang lebih sudah dipersiapkan matang-matang lagi. Dan kali ini “Tuhan, Alam dan Leluhur” “lepas tangan” atau “angkat tangan” mereka tidak lagi menolong dan menopang Mansar Filep untuk yang kedua kalinya. Pada titik inilah penulis melihat bahwa rupanya Mansar Filep Karma melalaikan peringatan “Alam, Leluhur dan Tuhan” untuk tidak lagi pergi Menyelam sendirian bersama orang-orang amber yang misterius yang sama dan dialokasi yang sama pula (Pantai Base G). Bahwa Mansar Karma kena “Karma Alam” karena semacam melalaikan atau tidak menggubris teguran alam yang adalah teguran Tuhan itu sendiri.

Kendati pun demikian, kita semua mesti optimis bahwa konsekuensi logis atas pilihan menjadi pejuang, nasionalis dan patriot selalu berhadapan dengan kematian. Bahwa kematian bagi para pejuang keadilan, kebenaran dan kedamaian itu adalah hal wajar dan lumrah, apalagi ketika mereka berada dalam lilitan, litani dan tirani penderitaan, penindasan dan penjajahan. Darah yang mereka tumpahkan dan nyawa yang mereka persembahkan itu adalah penyubur api revolusi, api perjuangan, dan api perlawanan untuk merebut kemenangan, kedaulatan dan kemerdekaan.

Leoni Tanggahma, Yonah Wenda, Zode Hilapok, Mansar Filep Karma dan semua pejuang keadilan, Kebenaran dan kedamaian di bumi cendrawasih ini adalah tanda bahwa Tuhan selalu hadir bersama bangsa terjajah, Tuhan tidak jauh dan transenden bagi bangsa pribumi yang Tersalib neo-kapitalisme, neo-feodalisme, Nlneo-Imperialisme, neo-kolonialisme dan neo-liberalisme.

Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat-Teologi “Fajar Timur” Abepura-Papua)*

"Obor Untuk Papua"

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest Articles

Diskriminasi dan Stikmatisasi Terhadap Mahasiswa Papua Di Tanah Rantau

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Ujaran rasisme membanjiri Mahasiswa Papua di Surabaya Pada tanggal 15 hingga berlanjut 19, 2019 oleh ORMAS Reaksioner melontarkan kata-kata...

Marsinah: Mengenang 30 Tahun Rezim yang Tak Bertanggungjawab

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Bulan Mei merupakan bulan perjuangan, bukan hanya kalangan Buruh, melainkan juga kalangan perempuan. Bulan yang disebut-sebuat sebagai bulan Perlawanan...

PRESS RELEASE AMP: 60 Tahun Aneksasi Bangsa Papua dan Hari Buruh Internasional

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Tepat hari ini, 60 Tahun Aneksasi atau Pendudukan Indonesia di Tanah West Papua. Menurut Negara Republik Indonesia, 1...

Pernyataan Sikap IPMAPA Surabaya: Papua Darurat Operasi Militer !

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Amolongo, nimao ,koyao,koha, Kosa, Dormum, Foi-Moi, Tabea mufa, Nayaklak, Wiwao, Amakanie, Wa...wa...wa...a… Kasus pelangaran HAM di Papua semakin massif, sampai...

BREAKING NEWS: Asrama Mahasiswa Papua di Makassar Diserang Ormas

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Hari ini, Senin 1 Mei 2023, sejumlah orang tak dikenal (kemungkinan Ormas Reaksioner), pada Pukul 09.26 WITA, mendatangi depan...