Oleh: Pilipus Roni Wabia
Orang Belanda menyebut pulau Irian atau sekarang yaitu Niew Guinea oleh seorang pelaut Spanjol yakni Ynigo Ortes De Retes (1545) yang menyebut “Neuva Guinea” (Guinea Baru). Sebutan lain juga adalah “Papua” yang mula-mula dipakai oleh pelaut Portugis Antonio Arbreu yang mengunjungi pantai-pantai Papua pada tahun 1551. Nama itu sebelumnya dipakai oleh Antonio Pigafetta pada waktu berada di laut Maluku tahun 1521. Nama Papua berasal dari kata “Pua-pua” yang berarti keriting. (Stirling 1943;4, dalam Koentjaraningrat, 1993).
Dalam konferensi malino 1964 nama “Iryan” diusulkan oleh Frans Kaisepo, kata itu berasal dari bahasa Biak yang artinya “sinar matahari yang menghalau kabut di laut, sehingga ada harapan bagi para nelayan Biak untuk mancapai daratan Irian”. Pengertian lain dari kata ini juga pada orang Biak, bahwa Irian itu berasal dari dua kata yaitu “Iri dan Ryan”. Iri berarti “dia” (dia yang dimaksud adalah tanah) dan Ryan berarti ”panas”. Jadi, arti kata Irian adalah tanah yang panas.
Lain juga masyarakat Marind-Anim di pantai selatan mengatakan kata Irian berarti Iri berarti tanah dan An berarti air jadi Irian artinya “tanah air” akhirnya Presiden Soekarno mempopulerkan kata Irian sebagai kata pertama dari singkatan ikut republic Indonesia anti Nederland. (Koentjaraningrat, 19993).
Papua terdiri dari kurang lebih 251 suku bangsa atau etnis yang memiliki keanekaragaman kebudayaan, di mana setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut dapat membedakan kebudayaan satu kelompok etnis yang satu dengan etnis yang lain. Untuk membedakan ciri khas budaya pada setiap etnis yanga ada, maka perlu kita mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan kebudayaan.
Kebudayaan menurut seorang antropolog yang bernama E.B. Teylor mengatakan kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusasteraan, hokum, adat istiadat serta kesangaupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Selanjunya juga menurut Ralp Linton bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.
Pulau Papua yang tampak berbentuk seekor burung raksasa mirip seekor Dinosaurus yaitu merupakan binatang dari kala mezoikum yang kini telah punah. Sekitar 47% bagian dari wilayah pulau ini yang berada di sebelah barat dan merupakan bagian kepala, tengkuk, punggung, leher, dada dan perut dinosaurus tadi adalah wilayah Papua dan 53% sisanya adalah wilayah Negara tentangga kita, Papua New Guinea.
Selain itu, pulau-pulau di Papua juga terdapat beberapa teluk dan sungai yang cukup besar dan mempunyai potensi sumber daya alam (SDA). Wilayah teluk tersebut terdapat di bagian utara Papua, di antaranya; Teluk Yosudarso, Teluk Cenderawasih, Teluk Wondamen, Teluk Berau/ Bintuni , dan di bagian selatan terdapat Teluk Arguni, Teluk Triton dan lain-lain.
Sedangkan, sungai -sungai yang terdapat di Papua antara lain; Sungai Kais, Sungai Digul, Sungai Kamundan, Sungai Balim, dan lain-lainya yang bermuara ke laut arafura. Daerah pegunungan di Papua antara lain; Pegunungan Arfak, Sudirman, Nasauw, Jayawijaya dengan puncaknya yang tertinggi yaitu; Puncak Jaya (5.030 mdpl), Puncak Trikora (4.750 mdpl), puncak yamin. Puncak jaya memiliki keajaiban sendri di dunia kerena walaupun terletak di daerah tropis namun, puncak tersebut diselimuti salju abadi sepanjang tahun.
(Sumber: Buku Etnografi Papua, oleh Antropolog Papua, Alm. Jack Morin dan Dr. Josh Mansoben)
*Penulis adalah Mahasiswa Papua kuliah di Uncen Jayapura, Papua.