Merdeka: Solusi untuk Selamatkan Manusia dan Hutan Papua

DIPTAPAPUA.com – Obor Untuk Papua –

Oleh: Maksimus Syufi)*

“Jika Leluhur Berkehendak, sebelum waktunya saya mati, berikan saya waktu cukup sebulan untuk hidup sebagai sebuah Bangsa yang Merdeka”.

Sa ingin kibarkan Bendera Bintang Kejora dan Menyanyikan lagu ‘Hai Tanahku Papua’ dengan Bebas. Sa ingin rasakan yang Namanya Merdeka. Tidak lagi, sa takut pakai gelang Bintang Kejora, tidak lagi sa takut pakai Baju Bintang Kejora, tidak lagi sa takut Bicara Papua Merdeka.

Sa ingin sekali, hidup sebagai Sebuah bangsa yang Merdeka. Dengan bangga mengucapkan Papua Merdeka sebagai Nasionalisme sejati dan Bintang Kejora sebagai ideologi sesungguhnya.

Sudah terlalu lama, sudah 60-an tahun hidup dengan nasionalisme palsu NKRI. Ideologi palsu NKRI HARGA MATI. Sa sudah muak dengan semua itu. Sa terus hidup dengan pura-pura menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan, pura-pura hormat Merah Putih sebagai Jati Diri Bangsa. Sa cape dengan permainan ini.

Ribuan hektar hutan Papua sudah habis, ribuan nyawa orang Papua sudah mati. Orang Papua harus jadi korban demi kepentingan penguasa. Orang Papua terus jadi Boneka Jakarta demi Nasionalisme Palsu NKRI. Bingkai NKRI itu adalah Darah Orang Papua.

Sadar sudah kawan! Papua sedang DIJAJAH. Tidak ada alasan apapun untuk tidur nyenyak di atas Tanah Papua. Sa pu Mama sedang Mengungsi, sa pu saudara ada lari ke hutan. Sa pu Bapa sedang berhadapan dengan senjata. Sa pu Tete dan Nene sudah dapat tembak. Indonesia Sedang Jajah Papua kawan.

Penjajah mereka masuk ke semua lini kehidupan. Mulai dari Gereja, Pendidikan, Ekonomi, Politik, Budaya (etc).  Pendidikan sudah kasih hilang sa pu Bahasa Daerah. Gereja tidak doakan sa Pu Bapa yang dapat tembak. Ekonomi tidak ajarkan sa Pu Mama tentang bagaimana cara olah kasbi. Budaya sudah kasih hilang sa pu tarian adat dengan lagu disco. Politik bikin sa pu Om dengan Tanta dong baku bunuh. Itu semua gara-gara Penjajah Kawan!!

Genosida sedang terjadi, sa pu orang Papua dapat bunuh tiap detik. Ekosida sedang terjadi, sa pu hutan sudah habis. Etnosida sedang berlangsung, sa pu ras, tarian adat, bahasa daerah, makanan lokal sudah punah. Mau tunggu sampai kapan lagi baru LAWAN ? Mau diam sampai Papua tinggal nama di lembar sejarah baru angkat suara kh?

Ko angkat buku baca sudah, ko ambil pena untuk tulis sudah, mari minum kopi sambil diskusi, mari rapatkan berisan turun ke jalan, masalah Papua itu torang punya masalah. Merdeka itu torang yang wujudkan. Tong tidak tunggu Yesus datang kasih merdeka cuma-cuma. Tong harus berjuang, tong lawan, tong usir semua penjajah yang datang rampas tong pu tanah, tong usir penjajah yang datang tembak Mama, Bapa, Saudara di Tanah Papua.

Stop baku tipu rame dengan “Indonesia sudah bangun Papua”. Omong kosong! Arnold Ap dapat bunuh, Theys Eluay dapat bunuh, Kelly Kwalik dapat Bunuh, Pater Nelez Tebai dapat bunuh, Pendeta Yeremia Zanambani dapat bunuh, Albert Mungguar dapat bunuh, Nopelinus Sondegau dapat bunuh. Nduga mengungsi, Intan Jaya, Puncak Papua, Timika, Yahukimo, Maybrat, Pegunungan Bintang hari ini mengungsi. Mau alasan apalagi?

Sudah terlalu jelas! Papua itu DIJAJAH! PAPUA ITU KORBAN DARI KEPENTINGAN EKONOMI POLITIK ANTARA INDONESIA, AMERIKA, CINA DAN NEGARA RAKSASA LAINNYA. “Che Guevara berjuang untuk Revolusi Cuba itu, karena Cuba dijajah sama seperti Papua hari ini”.

Ingat “Salah satu Keberhasilan Penjajah adalah Membuat Bangsa yang Dijajahnya, merasa sedang Tidak Dijajah”.

Negara sedang tepuk tangan dan tertawa ketika Generasi Papua terutama Mahasiswa lebih banyak pergi ikut acara goyang, daripada ikut aksi, diskusi, baca, tulis tentang Papua. Ini fakta!

Penjajah Indonesia itu, dia tidak mau kalau Orang Papua itu sadar tentang status Bangsa Papua di dalam NKRI. Makanya ketika ada satu dua orang Mahasiswa atau Orang Papua yang sadar dan bicara Papua, negara segera bunuh, tembak kasih mati. Atau negara tidak akan ajarkan fakta sejarah Papua di sekolah-sekolah. Bahkan, Negara selalu bubarkan diskusi dan aksi tentang Papua. Buku-buku tentang Papua dibakar, dilarang terbit. Media sosial diblokir. Indonesia ini negara otoriter, rasis dan fasis terhadap Orang Papua.

Lalu, untuk alasan apa lagi orang Papua masih bertahan dengan Indonesia? Baku kasih tau, baku kasih sadar sudah. Kita adalah Bangsa tersisa di bumi ini yang masih menuntut Kemerdekaan. Indonesia tidak punya hak sedikit pun atau dengan dalih apapun untuk pertahankan Papua. Papua adalah Bangsa yang pernah mendeklarasikan Kemerdekaannya di Holandia (Jayapura) pada 01 Desember 1961. Viva!

Penulis adalah Mahasiswa Jalanan di Kota Rasis yang selalu Mengemis Cinta dan Revolusi di Kiri Jalan)*

"Obor Untuk Papua"

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest Articles

Mahasiswa Nduga dan Lanny Jaya Kota Malang Sikapi Konflik Horizontal antara Masyarakat Lanny Jaya dan Nduga

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Konflik berawal dari kasus perselingkuhan yang berujung konflik saudara di kampung Hilekma, Distrik Napua, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua...

IPMK Kota Studi Jayapura Dukung Deklarasi Lembah Kebar Sebagai Tanah Injil dan Keadilan Ekologis

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Ikatan Pelajar dan Mahasiswa/i Kebar (IPMK) Kota Studi Jayapura mendukung deklarasi Lembah Kebar sebagai Tanah Injil dan Keadilan Ekologis...

Pernyataan Sikap Mahasiswa dan Pelajar Asal Nduga Terkait Dana Pendidikan

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Manusia Membutuhkan Pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar Manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara...

Teror Terhadap Mahasiswa Papua: Tetap Tenang dan Berbahaya

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Poster ini bukan untuk dikriminalisasi, maupun untuk mengganggu psikologis kawan-kawan. Barang kaya begini kita sudah alami dari lama sejak...

Kronologis dan Tuntutan Keluarga Korban Penembakan Thobias Silak

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Kronologis dan tuntutan ini dikeluarkan oleh keluarga Thobias Silak, korban penembakan yang mati di Dekai, Yahukimo, Papua Pegunungan pada...