Misa Perdana Pater Kristian Sasior Diiringi Tarian Adat Suku Irires

DIPTAPAPUA.com – Obor Untuk Papua –

Prosesi tarian adat Suku Irires mengiringi Misa Perdana Pater Kristian Sasior. OSA di Gereja Katolik Santa Maria Asiti, Keuskupun Manokwari Sorong, pada Selasa, 27 Juni 2023.

Prosesi Adat Suku Irires itu, sebagai penjemputan atau ekspresi masyarakat adat dalam menyambut imamat yang baru ditahbiskan sebagai sebagai seorang Pastor dalam Gereja Katolik. Proses adat tersebut, berisi tarian-tarian serta nyanyian adat yang dilakukan secara turun-temurun.

Tak hanya tarian dan nyanyian, tetapi juga aksesoris adat khas Suku Irires juga dikenakan dalam prosesi adat tersebut. Ini menunjukan bahwa eksistensi masyarakat adat masih hidup hingga kini.

Pater Kristian Sasior dikenakan mahkota adat serta beberapa perhiasan khas suku Irires yang diberikan. Hal ini mau menegaskan bahwa dia (Kristian Sasior) lebih dulu telah dibesarkan dalam kehidupan masyarakat adat. Sehingga adat tersebut terus mengikutinya.

Pada penghujung prosesi adat, mewakili masyarakat adat dan orang tua dari Pater Kristian Sasior menyerahkan dia ke pihak Gereja Katolik. Simbolisasi penyerahan Pater Kristian ke Gereja itu, sebagai wujud persetujuan masyarakat adat untuk menyerahkan anggotanya dalam mengikuti ajaran-ajaran atau kebiasan hidup Gereja Katolik Roma.

Kebiasaan masyarakat adat yang masih dipraktekan tersebut, tak hanya dilakukan dalam menyambut seorang imam baru, tetapi juga pada momentum-momentum lainnya ataupun peristiwa tertentu. Misalnya, pembongkaran hutan untuk membuat jalan raya, atau pembangunan jembatan serta bangunan besar lainnya, selalu diawali dengan prosesi adat sebagai bentuk ‘minta permisi’ terhadap roh nenek moyang dari suku tersebut.

Selain itu juga, pengobatan secara tradisional masih dipercayai sebagai penyembuh penyakit, produksi makanan dalam kebiasaan masyarakat adat saat acara tertentu juga masih sering dipraktekan. Aksesoris seperti mahkota (cenderawasih/ bulu kasuari), kalung (manik-manik), pakaian (cawat/kain timur) masih sering digunakan.

Juga dalam penyelesaian masalah di tengah masyarakat, masih menggunakan hukum adat sebagai alternatif penyelesaian masalah, meskipun ada aturan formal (UU) yang mengaturnya.

Jika kita telaah dalam semua proses masyarakat adat, semua yang dilakukan masyarakat adat bersumber pada interaksi masyarakat dan hutan. Pengetahuan dan peralatan tradisional tersebut, lahir dari interaksi masyarakat dan hutannya (alam) dalam kehidupan sehari-hari.

Itu menandakan bahwa hutan (alam) sebagai media dialektika atau sebagai percakapan masyarakat adat. Sehingga seluruh eksistensi atau kebiasaan masyarakat adat itu akan Hilang, karen Hutan Adatnya Rusak. Artinya rusaknya hutan, itu bertanda Hilangnya kehidupan masyarakat adat.

Sehingga pada bagian ini, musti dicermati dengan baik oleh lembaga-lembaga masyarakat adat, gereja serta pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Karena mau bicara tentang masyarakat adat, artinya bicara tentang hutan adatnya. Karena kekuatan masyarakat adat terletak pada hutan adatnya.

Seperti penjemputan Imamat Baru, Pater Kritian Sasior.OSA yang dilakukan secara adat tersebut, bukan hal baru yang dilakukan setelah ada gereja atau setelah ada pemerintah. Gereja dan Pemerintah masuk di tengah-tengah kehidupan masyarakat adat, bahkan kebiasaan masyarakat adat terus mengiringi jalannya pemerintah serta Gereja.

Sehingga kedua lembaga besar yang punya pengaruh terhadap masyarakat adat ini, punya tugas yang sangat besar untuk bersama dan mendukung masyarakat adat dengan menjaga hutan adatnya.

Ancaman terhadap hutan (alam) ini, menjadi ancaman terhadap eksistensi masyarakat adat sekaligus membunuh kehidupan manusia. Coba sekali-kali pergi tinggal dengan masyarakat di kampung-kampung, hampir tiap saat masyarkat selalu berinteraksi dengan hutan.

Sehingga kebijakan apapun, terutama kebijakan pemerintah, harus selalu mempertimbangkan aktivitas masyarakat adat. Jika sudah kasih rusak hutan, berhenti saja baku tipu dengan kampanye masyarakat adat. Bagian ini jadi ketegasan terhadap pemerintah. Dan gereja punya tugas untuk mendukung keselamatan hutan, karena bicara keselamatan manusia, itu terletak pada hutan adatnya.

Terakhir, Proficiat untuk Tao Pater Kristian Sasior.OSA yang telah ditahbiskan sebagai Imam dalam Gereja Katolik dan telah melakukan misa perdana yang diawali dengan proses adat Suku Irires.

[Reporter: Maksimus Syufi]

"Obor Untuk Papua"

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest Articles

Praktek ‘Apropriasi’ Budaya Papua oleh Warga Jember saat Karnaval Budaya

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Kasus diskriminasi terhadap mahasiswa asal Papua kerap terjadi, termasuk di Kabupaten Jember. Salah satunya dialami oleh Kostantina (24),...

Saat Yudisium, Mahasiswa Papua Kampus Unram Dikriminalisasi Pihak Kampus

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Pasca Gelar Yudisium Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram), Security kampus dan Intelijen Kriminalisasi dan Intimidasi Mahasiswa Papua di Universitas...

Alokasi Dana Pemilu Bermasalah, KPK Diminta Periksa KPU Tambrauw

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Pengalokasian dana persiapan pemilihan umum (Pemilu) dikatakan bermasalah. Hal itu disampaikan oleh Yance Akmuri, selaku ketua Panitia Pemilihan...

IPMKR Sorong Luncurkan Website Berita: Demi Permudah Publikasi Informasi

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Bertepatan saat Musyawarah Besar, Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kebar Raya (IPMKR) luncurkan Website berita resmi milik IPMKR. Situs berita...

Mahasiswa Puncak se-Indonesia dan LBH Ajukan Kasus Mutilasi Warga Sipil di Kabupaten Puncak ke Komnas HAM RI

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Tim Investigasi pelanggaran HAM serta Perwakilan Mahasiswa Puncak se-Indonesia bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) telah ber-audiens dan mengadukan kasus...