Oleh: Pilipus Wabia
Pacaran adalah suatu hak yang dimiliki oleh seorang remaja yang telah berusia sekitar 17-an tahun. Hal ini bertujuan untuk saling mengenal antar sesama dan di situlah kesempatan untuk kedua pasangan (pacaran) menyampaikan segala hal tentang diri mereka atau saling curhat antara kedua pasangan yang sedang berpacaran. Di dalam proses berjalannya pacaran, pun memiliki dampak baik dan buruk.
Berdasarkan kaca mata saya, saat di mana para kekasih sedang terjun ke dunia pacaran, banyak halangan dan tantangan yang dimiliki oleh sang pasangan, baik itu dalam individu maupun faktor luar. Seketika para pasangan menjalin hubungan percintaan dengan begitu mesrah, namun ada faktor yang menghalangi. Seperti pada proses pacaran, diketahui oleh kalangan masyarakat, hingga pada orang tua si kekasih, maka orang tua si kekasih pun tidak mungkin menerima anaknya untuk berpacaran, apalagi saat masih dalam proses pendidikan baik itu dalam bangku SMA maupun kuliah.
Ketika orang tua dapat mengetahui bahwa anaknya berpacaran pacaran, timbullah percakapan antara si ayah dan anak:
Ayah: Anak, bapak dengar anak ada pacaran kh?
Anak : Ahhh, bapak bercanda kapa? si anak mulai gelisah!
Ayah : Anak, ini bapak tidak bercanda, ko jawab sudah! tegas ayah.
Anak : (terdiam)…
Ayah: Anak apakah kau sudah siap untuk menggantikan kecapean Mama dan Bapa yang mendidik kamu sampai sekarang ?
Anak : (masih merenung tanpa mengeluarkan satu kata pun)
Ayah : Anak harus jawab pertanyaan bapak, cepat! dengan nada keras.
Anak diam dan langsung memeluk sang ayah sambil menangis, lalu berkata “ayah saya pacaran tapi saya masih mempunyai keinginan untuk sekolah agar buat mama dan bapak senang”. !
Ayah : Kamu janji ya, ingat itu anak, besok bapak sudah kirim kamu sekolah di tempat yang jauh dari bapak ya.
Anak : Iya bapa
Ayah : Anak jaga diri di sana dengan baik-baik ya ! pesan ayah.
Berjalannya waktu, silih berganti, anaknya pun mendapatkan seorang kekasih di tempat studi. Lalu mereka dua menjalin hubungan bersama di kota itu.
Pada suatu sore, ayah mendapatkan telfon dari anak.
Anak : Hallo bapak
Ayah : Ya anak apa kabar
Anak : (Anak tidak menjawab apa-apa sambil menangis)
Ayah : Anak ada apa kh? Kamu sakit? tanya bapak dengan gelisah
Anak : Bapak, saya hamil ! kata anak sambil menangis.
Ayah pun tak lagi menahan emosinya, lalu melemparkan HP ke luar rumah, sambil menunduk kepala, lalu pergi tanpa pengetahuan Ibu.
Hal ini menjadi tolak ukur atau bahan pertimbangan bagi kedua pasangan pacar tersebut. Dan di sini juga yang akan membuat perpisahan antara si pasangan yang sudah menjalin hubungan baik sebulan, seminggu maupun setahun.
Kadang orang tua mempunyai harapan bahwa saat anaknya pergi jauh untuk sekolah, namun kejadian yang terjadi, jauh berbeda dari pada harapan orang tua. Orang tua beranggapan bahwa, kalau sang kekasih sudah mempunyai pacar, maka semua harapan dan masa depan menjadi suram.
Jadi, jika kita mempunyai pacar atau kekasih, maka kita harus saling menunjang atau saling memberikan motivasi serta dorongan antara sesama, agar proses pendidikan serta pacaran pun dapat berjalan dengan baik tanpa hambatan apa pun hingga selesai proses pendidikan. Jika kita mempunyai pasangan, lalu kita membatasi masa depannya maka dengan sendirinya, orang tua tidak mempercayai si pasangan untuk bersaing dalam dunia pendidikan.