DIPTAPAPUA – Obor Untuk Papua –
Para guru di Sekolah Dasar (SD) Efata Kwoor menilai peran orang tua terhadap pendidikan dasar masih kurang dan menjadi kendala bagi para guru.
Hal tersebut disampaikan Ripka Mofu, seorang tenaga pengajar sekaligus anak pribumi yang sudah 12 tahun mengabdi di SD Efata Kwoor. Dirinya merasa kesadaran orang tua terkait pentingnya peran orang tua dalam perkembangan pendidikan masih menjadi masalah yang serius di Distrik Kwoor, Kabupaten Tambrauw.
“Kendala yang dihadapi yaitu tidak ada penerangan, transportasi dan orang tua kurang sekali mendukung pendidikan anak-anak. Kami mau rajin mengajar tapi orang tua tidak mendukung. Peran orang tua untuk pendidikan kurang. Orang tua selalu salahkan guru padahal kami yang tetap di kampung. Kami menjalankan aktivitas mengajar,” tutur Mofu saat dijumpai diptapapua.com, belum lama ini.
Pendekatan yang digunakan para guru di SD Efata Kwoor selama ini ialah pendekatan persuasive. Mereka (guru dan murid) berbicara tatap muka, berkunjung dari rumah ke rumah dan menyampaikan pengumuman lewat gereja.
Hal serupa juga dibenarkan Febrianti, tenaga pendidik (non Papua) yang sudah 10 tahun mengabdi di SD Efata Kwoor. Ia menilai keaktifan pelajar kurang, karena kadang orang tua mengajak anak-anaknya ke dusun atau pun ke kebun.
“Dulu, keaktifan anak-anak murid untuk belajar hanya dari hari Senin-Rabu. Kamis-Sabtu, orang tua ajak anak ke dusun atau kebun. Kami selalu berusaha ingatkan lewat gereja bahwa ada anak-anak yang tidak masuk. Kemudian kalau orang tua lewat sekolah, kami bertanya, Mama atau Bapak kenapa anaknya tidak masuk sekolah? Atau kami ke rumah setiap sore untuk ingatkan kepada orang tua. Tapi sekarang, orang tua mulai memahami bahwa pendidikan itu penting ketika akses jalan sudah masuk,” jelas Febrianti.
Sementara itu, Solfince Yenggren, seorang ibu (warga setempat) yang tidak mau anak-anaknya mempunyai nasib yang sama seperti dia (hanya tamat SD). Sehingga dia selalu menasehati anak-anaknya untuk harus rajin sekolah. Namun, ia kadang merasa rugi karena guru-guru yang justru tidak masuk sekolah. Menurut cerita mama-mama lainnya, suami Solfince ini sempat melakukan adu mulut dengan kepala sekolah SD Efata Kwoor, lantaran para guru yang membuat liburan tambahan (lebih dari satu bulan).
“Pendidikan itu penting buat sa punya anak. Sa kadang bilang ke mereka (anak-anaknya), kamu sekolah biar jangan seperti mama yang hanya tamat SD,” pungkasnya.