SURABAYA, diptapapua.com – Memperingati 19 tahun kematian mengenaskan pemimpin besar bangsa Papua Barat, Dortheys Hiyo Eluay (Theys Eluay) yang tepat pada 10 November 2001 lalu. Dia diculik lalu dibunuh oleh Komando Pasukan Khusus (Kopasus). Kemudian pada tanggal 11 November keesokan harinya, jenasah tokoh pejuang kemerdekaan Papua itu, ditemukan terbaring tak bernyawa di Kilo Meter 9, Muara Tami, Jayapura, Provinsi Papua.
Aksi mahasiswa yang tergabung dari Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) serta Front Rakyat Indonesia Untuk West Papua (FRI-WP) melakukan aksi di depan gedung Grahadi Surabaya yang dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga diakhiri sekitar pukul 11.00 WIB dengan long march menuju Asrama Papua di Jl. Kalasan Kota Surabaya.
Tak hanya memperingati kematian Theys Eluay, namun isu-isu lainnya, seperti menolak Otsus jilid II, adili pelaku pelanggar HAM, tutup Freeport, tarik militer dari Papua, buka akses bagi jurnalis nasional serta internasioanl dan berbagai isu lainnya yang terkait persoalan Papua pun disuarakan pada kesempatan tersebut.
“Negara harus adili semua pelaku yang membunuh orang Papua atau pelaku pelanggar HAM, seperti pelaku pembunuhan Pendeta Yeremia Zanambani belum lama ini di Intan Jaya,” tutur koordinator lapangan (Korlap) aksi, Jerry Kulua kepada reporter diptapapua.com.
Jerry mengatakan, pihaknya akan terus melakukan aksi-aksi untuk merespon berbagai persoalan di Papua, salah satunya seperti aksi peringati pembunuhan terhadap Theys Eluay. “Apapun yang terjadi di tanah Papua, kami akan terus menyuarakan,” katanya.
Pada kesempatan itu, hadir pula beberapa anggota dari komisi untuk orang hilang dan korban tindak kekerasan (KontraS) Surabaya. Juga kelompok relawan kesehatan (Para Medis Jalanan) yang mendampingi serta memantau langsung kenyamanan kesehatan massa aksi. Sekitar 45 massa aksi tersebut, antusias berorasi secara bergantian, membaca puisi serta teriakan “Papua Merdeka” terus terdengar menghiasi aksi tersebut hingga berakhir.