DIPTAPAPUA.com – Obor Untuk Papua –
Namaku Papua!
Aku yang mungkin lupa diucapkan oleh aksara dan rasa!
Aku yang mungkin lupa ditulis oleh kamus-kamus penderita!
Aku yang mungkin lupa dilantungkan oleh melodi melodi luka!
Aku yang mungkin lupa, dipuisikan di panggung-panggung merdeka!
Aku yang mungkin lupa, diceritakan dalam ruang-ruang kelas terbuka!
Aku yang mungkin lupa, dilukiskan dalam pameran-pameran persimpangan kota!
Aku yang mungkin, juga dilupakan di ujung ucapan-ucapan doa!
Aku tau, Palestina lebih layak dikobarkan daripada aku!
Aku tau, kasus Vina Cirebon lebih layak dinarasikan daripada Wamena Berdarah, Biak Berdarah, Wasior Berdarah, Paniai Berdarah, dan darah darah lainnya yang berhamburan
Aku tau, Pemekaran dan Otsus lebih penting diutamakan daripada Arnold Ap, Kelly Kwalik, Theys Eluay, Pendeta Yeremia Zanambani, dan kematian-kematian lainnya di Papua.
Aku tau, Indonesia Raya lebih pantas dikobarkan daripada Nyanyian Sunyi Arnold Ap!
Aku Tau, Proklamasi Soekarno lebih didengarkan, daripada Kibaran Bintang Kejora 1 Desember 1961 yang silam!
Aku Tau, Janji Jokowi lebih didengarkan daripada Pesan Theys Eluay, Filep Karma, Musa Mako Tabuni!
Aku Tau, Pidato Puan Maharani lebih didengarkan daripada tangis Mama Yosepha Alomang di hutan Kamoro dan Amungme!
Aku Tau, exafactor dan Doser lebih berguna daripada tubuh yang dipotong-potong
Aku Tau, Tentara dan Polisi lebih penting daripada Guru dan Dokter
Peluru lebih layak daripada Pena dan Buku Tulis.
Aku tau, Merah Putih lebih dulu dikibarkan, daripada nasib ribuan pengungsi di belantara Papua
Aku tau, Beras lebih layak daripada Sagu!
Mie Instan dan Ikan Kaleng lebih layak daripada Ubi dan Wam.
Aku Tau, Sawit lebih berguna daripada hutan sagu
Aku tau, aku hanyalah anjing peliharaan para tuan-tuan serakah. Yang mungkin besok, atau sebentar akan menembak ku mati.
Sebelum tubuh ini ditembak dan terkapar di antara timbunan kematian lainnya,
Aku bertanya kepada tuan-tuan itu, itukah kau? ENKAERI ?
Engkau yang menyuruh militer-militer itu membakar rumah, mengusir dan menembak saudara-saudaraku ?
Engkau yang menyuruh mesin-mesin baja itu menggusur hutan saguku?
Engkau yang memaksa kami mengibarkan merah putih ?
Apakah engkau yang membakar catatan catatan 1 Desember ?
Apakah engkau yang menangkap, menyiksa dan mengurung saudara-saudaraku di Biak 1998 silam?
Apakah engkau yang menembak 4 pelajar di Paniai ?
Apakah engkau yang memotong saudara-saudaraku di Timika ?
Apakah engkau yang menyebut saudara-saudaraku monyet?
Itukah kau? ENKAERI ?
[Puisi ini ditulis oleh Maksimus Syufi]