Respon Kekerasan Terhadap Warga Sipil, Mahasiswa Tambrauw di Kota Malang Desak Segera Tarik Militer

DIPTAPAPUA.com – Obor Untuk Papua –

Menanggapi kekerasan yang dilakukan dua anggota (TNI) Satgas Pamrahwan Yonif RK 762, terhadap Moses Yewen (43), seorang warga Kampung Wayo, Distrik Fef, Kabupaten Tambrauw pada Jumat, (9/4/2021) lalu, pukul 21.30 WIT.  Mahasiswa Tambrauw di Kota Studi Malang, menyatakan sikap dan mendesak pemerintah daerah maupun pusat agar segera tarik seluruh militer di wilayah Kabupaten Tambrauw.

“Kami menuntut agar pemerintah pusat maupun daerah segera cabut izin Kodim dan juga Koramil dari seluruh wilayah Tambrauw, karena kehadiran militer ini membuat kekacauan bagi warga sipil. Jika tidak ditarik, warga sipil akan terus menjadi korban kekerasan aparat militer,” jelas Pius Sedik, ketua Ikatan Mahasiswa Tambrauw kota studi Malang, saat ditemui jurnalis Dipta Papua, Rabu, (14/4/2021).

Terkait kekerasan yang dilakukan dua oknum anggota TNI terhadap Moses Yewen beberapa hari lalu itu,  mahasiswa Tambrauw di Malang menuntut agar segera adili pelaku dengan seadil-adilnya dengan jalur hukum yang berlaku. “Kami minta agar pelaku kekerasan terhadap Bapak Moses Yewen segera diadili melalui jalur hukum,” tegas ketua IMT Kota Malang.

Baca juga: Biadap! Anggota Satgas (TNI) Pamrahwan Feef Pukul Hingga Seret Warga Setempat

Menurut Pius Sedik, kekerasan terhadap warga sipil beberapa waktu lalu di Distrik Fef tersebut merupakan satu dari sekian rentetan kekerasan aparat militer terhadap warga sipil di Kabupaten Tambrauw.

“Sudah banyak kekerasan yang dialami warga sipil. Terjadi pemukulan, intimidasi dan itu dilakukan sewenang-wenang oleh aparat militer tanpa proses atau jalur hukum yang berlaku,” katanya. “Kami mahasiswa IMT Malang menolak kehadiran militer dan mengutuk keras segala tindakan kekerasan terhadap warga sipil,” sambung Pius.

Selain itu, Pius Sedik mengatakan Mahasiswa Tambrauw juga menolak pembentukan pemekaran daerah otonom baru (DOB) Provinsi Papua Barat Daya. Menurut dia sumber daya manusia di wilayah Papua Barat belum memadai. “Pemekaran DOB Papua Barat Daya ini adalah untuk orang setempat (pribumi). Jika SDM belum siap, maka kami sendiri akan termarjinalkan di negeri sendiri,” bebernya.

Baca juga: PK Tambrauw Mengutuk Tindakan Kekerasan TNI Terhadap Warga Sipil di Distrik Feef

Aksi pernyataan sikap Mahasiswa Tambrauw di Kota Malang itu, diwarnai dengan berbagai tuntutan yang ditulis pada beberapa poster. “Tambrauw bukan daerah konflik, Tambrauw adalah daerah aman dan damai. Kehadiran Kodim 1810 di Tambrauw bukan kebutuhan pokok masyarakat Tambrauw,” tulis sebuah poster.

Baca juga: IMT Jayapura: Pelaku Kekerasan Terhadap Warga Sipil di Tambrauw Segera Diadili Sesuai Hukum

“Adili pelaku kekerasan terhadap Bapak Moses Yewen dan semua pelaku kekerasan di Kabupaten Tambrauw,” bunyi poster lainnya.

"Obor Untuk Papua"

Maksimus Syufi
Maksimus Syufi
Jurnalis Dipta Papua

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest Articles

Perusahaan ‘Gelap’ Masuk di Perbatasan Intan Jaya dan Waropen

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Beredar di media sosial, terdapat sebuah perusahaan yang masuk secara 'Ilegal' atau tidak mengantongi izin dan mulai beroperasi di...

Puluhan TNI Siksa Warga Sipil di Puncak Jaya

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Pada Kamis lalu (13/03/2025), puluhan aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyiksa 5 warga sipil di Kota Baru, Mulia, Puncak...

Menjawab Tantangan Kesehatan di Kabupaten Pegunungan Bintang Dengan 4 Jurus

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Latar Belakang Kabupaten Pegunungan Bintang, yang beribu kota di Oksibil, merupakan salah satu daerah terpencil di Provinsi Papua...

Buku Karya Nyamuk Karunggu Ditahan Perpusnas RI

DIPTAPAPUA.con - Obor Untuk Papua -Nyamuk Karunggu melayangkan surat protes kepada Presiden Republik Indonesia, Perpusnas Indonesia, Menkopolhukam dan Menteri Hukum dan HAM di Jakarta...

Sedia Kogoya: Perempuan Tangguh di Jalan Sunyi

DIPTAPAPUA.com - Obor Untuk Papua - Pada berbagai momen aksi, dalam orasi politiknya, kawan Sedia selalu bilang "Sa tidak mau Melahirkan anak yang akan Ditembak...