DIPTAPAPUA.com – Obor Untuk Papua –
Bupati Tambrauw, Gabriel Assem saat bertemu pihak PT. Nuansa Lestari Sejahtera di Distrik Fef (Ibukota Kabupaten Tambrauw) pada Selasa (11/01/2022), dia mengatakan bahwa “Disrik Kebar (Lembah Kebar) merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Tambrauw yang memiliki potensi untuk pengembangan peternakan sapi. Dan area pengembangan peternakan sudah tersedia, yaitu di Lembah Kebar. Tinggal bagaimana pengelolaan selanjutnya untuk mencapai harapan masyarakat”.
Dalam kesempatan itu juga, pihak perusahaan pengembangan peternakan sapi, yang diwakili oleh Dokter Hewan, Sebastian menyampaikan bahwa “kami berharap Distrik Kebar bakal jadi area strategis untuk pengembangan ternak sapi. Dan kami sangat mendukung kebijakan pemerintah Kabupaten Tambrauw. Ini juga kami lakukan untuk terjadi revolusi mental. Artinya bagaimana masyarakat sendirilah yang menjadi pekerja dalam ternak sapi ini”.
Namun, terkait dengan kebijakan Kabupaten Tambrauw yang bekerjasama dengan investor pengembangan ternak sapi di Lembah Kebar itu, beberapa pihak terutama Mahasiswa dan Pelajar asal Kebar yang mengenyam pendidikan di Jayapura, Manokwari maupun Sorong tidak sepakat dengan kebijakan pemerintah tersebut. Mereka bahkan menegaskan untuk pemerintah segera cabut izin atau menolak operasi perusahaan di Lembah Kebar.
Lantas kenapa mereka menolaknya? Berikut tanggapan mereka terkait kehadiran perusahaan di Lembah Kebar.
Yakomina Inam (Mahasiswa Stikes Papua Sorong asal Kebar):
“Terkait perusahaan yang masuk itu, kami tidak terima atau tolak. Karena lahan yang perusahaan mau bongkar itu, lahan yang biasanya masyarakat Kebar berkebun, berburu dan aktivitas lainnya. Perusahaan bongkar baru masyarakat mau berkebun di mana lagi?”
“Kita tau bahwa industri ternak sapi itu sudah pasti merusak tanah, merusak pohon bahkan merusak lahan berkebun yang masyarakat punya. Jadi perusahaan sapi ini sama sekali tidak menguntungkan pihak masyarakat yang merupakan pemilik hak ulayat”
“Di Lembah Kebar itu ada masyarakat adat, suku atau budaya yang sudah melekat dengan masyarakat dan itu berhubungan langsung dengan hutan (alam). Sehingga saya harap semua pihak harus menolak semua perusahaan yang masuk, karena akan merusak keberlangsungan kehidupan masyarakat”
“Saya sebagai perempuan asal Lembah Kebar berharap kepada pemerintah Kabupaten Tambrauw agar menolak atau tidak memberikan izin kepada perusahaan PT.Nuansa Lestari Sejahtera yang masuk di Lembah Kebar”
Pendeta Karlos Awabiti (asal Kebar)
“Lembah Kebar itu adalah tempat tinggal atau pemukiman masyarakat sekaligus lahan yang sering masyarakat gunakan untuk berkebun dan mencari makan serta minum. Sehingga kami tegas untuk menolak”
“Kami harap untuk pemerintah tanggapi tuntutan kami dan pertimbangkan baik-baik terkait dampak yang dialami masyarakat setempat. Karena hak masyarakat (pemilik ulayat) harus diperhatikan baik-baik, sehingga perusahaan ini tidak mengancam kehidupan masyarakat Lembah Kebar”
Seprianus Asentowi (Wakil ketua IPMK Sorong):
“Saya lihat lahan yang digunakan perusahaan itu sangat besar, sehingga ini akan mengganggu aktivitas atau mata pencaharian masyarakat setempat”
“Saya tegaskan kepada pemerintah untuk segera cabut izin perusahaan yang masuk itu karena itu sangat merugikan masyarakat. Dan saya harap semua pihak, seperti gereja, suku, mahasiswa untuk menolak operasi perusahaan di Lembah Kebar”
Alberth Anari (Ketua Ikatan Pelajar & Mahasiswa Kebar Sorong):
“Memang perusahaan itu masuk dengan alasan peningkatan ekonomi. Namun, kita musti melihat dari berbagai aspek yang ada di Lembah Kebar. Kita lihat contoh dari perusahaan Bintuni Agro Prima Perkasa yang sejak 2018 beroperasi di Lembah Kebar. Perusahaan itu datang dengan alasan tanam jagung. Tetapi ternyata, dia berencana untuk menanam sawit. Nah, ini yang musti kita pertimbangkan dari semua perusahaan yang bakal masuk beroperasi di Lembah Kebar”
“Yang perlu juga kita lihat adalah lahan atau hutan yang dieksploitasi perusahaan tersebut. Tentu lahan yang digunakan itu sangat besar, itu akan merusak hutan dan mengganggu aktivitas masyarakat di Lembah Kebar”
“Kita juga lihat dari persoalan Sumber Daya Manusia di Lembah Kebar. Untuk di bagian perusahaan atau industri, masyarakat Kebar masih sangat minim. Sehingga ketika perusahaan masuk, siapa yang akan kerja atau diuntungkan di situ. Tentu tenaga kerja di perusahaan itu akan datang dari luar daerah (luar Kebar dan luar Tambrauw). Artinya masyarakat Kebar hanya jadi penonton”
“Sehingga kami dengan tegas menolak PT. Nuansa Lestari Sejahtera atau industri pengembangan ternak sapi di Lembah Kebar”.
“Jadi, saya berharap pemerintah harus mengembangkan ekonomi rakyat. Atau ekonomi yang berbasis pada rakyat. Misalnya hasil kebun yang dikerjakan masyarakat itu, bagaimana pemerintah fasilitasi, agar masyarakat memiliki akses pasar dan keuntungannya didapati oleh masyarakat itu sendiri”
“Jika tuntutan atau penolakan kami ini, tidak ditanggapi pemerintah Kabupaten Tambrauw dan perusahaan terus keras kepala untuk tetap beroperasi di Lembah Kebar, maka kami tegaskan akan melakukan konsolidasi massa dari semua pihak dan melakukan aksi demonstrasi besar-besaran di Kabupaten Tambrauw untuk menolak PT.Nuansa Lestari Sejahtera di Lembah Kebar”
Lembah Kebar adalah salah satu lembah (tempat rata) yang dipenuhi dengan hamparan ilalang. Di lembah itu terdapat beberapa Distrik dan Kampung yang didiami oleh masyarakat setempat. Sehingga, ketika perusahaan atau industri apapun yang beroperasi di Lembah Kebar, tentu masyarakat setempat yang merasakan langsung bagaimana dampaknya.
Jika dilihat beberapa tahun yang lalu. Lembah Kebar menjadi target perusahaan Bintuni Agro Prima Perkasa (BAPP) yang bergerak di bidang Perkebunan Kelapa Sawit. Perusahaan masuk dan berencana menanam Kelapa Sawit di area Lembah Kebar. Namun masyarakat adat setempat bersama mahasiswa serta beberapa pihak lainnya bersikeras untuk menolak kehadiran PT. BAPP itu. Masyarakat setempat terus berusaha untuk menolak, hingga perusahaan tidak membuka lahan sawit di Kebar.
Namun, perusahaan tidak mundur. Pihak perusahaan kemudian negosiasi dengan Pemerintah Kabupaten Tambrauw, melalui Dinas Pertanian. Sekongkolan Perusahaan dan Pemerintah itu kemudia menghasilkan kesepakatan perkebunan Jagung di Lembah Kebar. Sehingga pada tahun 2018, perusahaan Bintuni Agro Prima Perkasa beroperasi di Lembah Kebar dengan menanam jagung hingga saat ini.
Dan kini perusahaan Nuansa Lestari Sejahtera yang bergerak pada bidang pengembangan peternakan sapi yang sudah menjalin kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Tambrauw, bakal beroperasi di Lembah Kebar.
Tentu masyarakat setempat merasa terancam dengan kehadiran perusahaan itu. Masyarakat Kebar merasa bahwa perusahaan itu mengganggu relasinya dengan hutan. Sehingga masyarakat Kebar yang terorganisir dalam Perempuan Mpur Swor terus berupaya untuk menolak operasi perusahaan di Lembah Kebar.
Yang perlu kita garis bawahi ialah, terget perusahaan adalah produksi untuk menghasilkan keuntungan (nilai lebih/surplus). Dan bahan atau sarana produksi adalah alam atau hutan. Dan di dalam lingkungan atau alam itu ada masyarakat. Masyarakat yang sudah lama memiliki relasi dengan hutan. Keharmonisan masyarakat dan alam itu terjalin atau berlangsung secara turun temurun. Sehingga ketika relasi manusia dan alam itu diganggu oleh perusahaan, tentu sekali masyarakat merasa terancam. Nah, ini perlu kita baca dengan baik. Semoga!