DIPTAPAPUA.com – Obor Untuk Papua –
Demonstrasi yang dilakukan mahasiswa Tambrauw Kota belajar Jayapura berlangsung selama dua hari (6-7 Januari) di Distrik Feef tersebut, dilaporkan bahwa massa menemukan sejumlah aspirasi yang dibuang di tempat sampah. Hal itu dibenarkan oleh koordinator lapangan (Korlap aksi), Ortisan Kingho.
“Setelah kami (massa aksi) berhasil memecahkan kaca jendela, lalu masuk ke dalam ruang DPRD Tambrauw di Feef itu, kami lalu temukan aspirasi mahasiswa mengenai pembangunan asrama definitif yang dibuang dalam tempat sampah,” jelas Kingho.
Menurutnya, perlakuan tersebut menunjukan bahwa dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) Kabupaten Tambrauw menganggap mahasiswa sebagai orang asing di Tambrauw. “ Ini tandanya bahwa mahasiswa Tambrauw kota studi Jayapura bukan bagian dari anak asli Tambrauw dan bukan anak adat Tambrauw,” lanjut Ortisan Kingho.
“Aspirasi mahasiswa yang selalu dikawal saja DPRD sudah buang di tempat sampah, baru bagaimana dengan aspirasi masyarakat yang tidak pernah dikawal?,” tanya sejumlah massa aksi.
Pada Kamis (7/01), Wakil Ketua I DPRD Tambrauw, Paulus Ajembuani menghampiri mahasiswa yang melakukan aksi di Distrik Feef itu. Paulus mengatakan bahwa beberapa pihak terkait yang didemo mahasiswa belum bisa hadir untuk menanggapi tuntutan massa aksi, dikarenakan seluruh kantor di Kabupaten Tambrauw masih libur.
“Saya sudah koordinasi kepada pihak terkait seperti ketua DPRD, Sekda , Sekwan dan Kepala Dinas Pendidikan terkait dengan tuntutan mahasiswa, namun mereka mengatakan bahwa aktifitas kantor di seluruh Kabupaten Tambrauw belum berjalan, masih libur,” terang anggota DPRD fraksi Gerindra tersebut.
Lebih lanjut, pihaknya mengatakan mahasiswa tetap menunggu hingga tanggal 11 Januari agar seluruh kantor di Tambrauw dibuka dan juga semua pihak terkait yang dituntut mahasiswa berada di tempat. “Mahasiswa semua tetap menunggu hingga tanggal 11 Januari agar seluruh kantor dibuka, karena di tanggal tersebut seluruh pihak terkait berada di tempat dan mahasiswa menyampaikan aspirasi langsung kepada mereka,” tutur Paulus Ajembuani.
Setelah dijelaskan oleh wakil ketua I DPRD Tambrauw itu, mahasiswa lalu meninggalkan tempat aksi sembari menunggu hingga tanggal 11 Januari yang dijanjikan. DPRD Paulus Ajembuani pun memberikan bahan makanan kepada mahasiswa yang melakukan aksi agar bertahan hingga seluruh kantor dan aktifitas pemerintahan di Tambrauw berjalan.